kompromi. mudah untuk mengatakannya, namun seringkali sulit untuk menerapkannya dalam keseharian hidup kita. sulit, karena kita tinggal dengan mahluk lainnya di bumi ini. kita tak tinggal sendiri di planet ini. sudah barang tentu tiap mahluk memiliki kepentingan masing-masing yang mau tidak mau memang harus dikompromikan.
untuk sesama manusia saja, ada begitu banyak hal yang harus dikompromikan setiap detiknya. rambut sama hitamnya, namun isinya berbeda-beda. itulah yang kupahami dari kemajemukan sosial yang ada. perkara yang membuatnya menjadi sulit adalah, ketika harus ada yang mengalah demi tercapainya solusi bersama. dalam hal ini membutuhkan jiwa besar dan kearifan setiap orang.
ego adalah penghalang terwujudnya solusi bersama, katanya. sifat yang pada alaminya melekat pada setiap insan yang bernama manusia. pembeda antara satu manusia dengan yang lainnya hanyalah siapa yang dapat mengendalikannya. itu saja. karena untuk menghilangkannya, aku berani bertaruh tidak akan pernah bisa. aku pribadi masih harus banyak belajar untuk mengendalikannya. bukan apa-apa, ego berkawan lekat dengan emosi. disitu ego muncul, maka sudah barang tentu ada emosi di belakangnya yang siap menjadi partnernya. dan akan mudah diterka apa yang akan terjadi jika emosi telah merasuki manusia. kelak, hanya penyesalan yang tak berguna yang akan dialaminya. ya, tak berguna. karena dia telah mengeluarkan kata-kata paling tajam yang pernah ada. belum lagi jika dia telah kalap, nyawa tak lagi berharga dipandangannya. tragedi, menurutku.
ego, emosi, selalu diidentikkan dengan api. karena dia menyala-nyala. dan untuk memadamkannya tentu dengan elemen yang dari kebalikannya, air. dia mampu mendinginkan setiap aura panas, seyogianya. aku jadi teringat sebuah hadits shahih, bahwa jika amarah tengah meliputi kita, maka ambillah air wudhu. kelak itu akan mendinginkan aura panas dalam diri kita. lalu bagaimana jika dalam praktiknya, ketika kita berada dalam situasi yang panas namun tak mampu mendapatkan air wudhu? menghindar adalah jalan terbaik menurutku. keluar dari situasi tersebut. mengambil langkah mundur untuk menenangkan diri. jika itu juga tak mampu kita lakukan, diam adalah keputusan terakhir. tetap berada dalam situasi panas yang ada namun tak terpancing, tak bergeming menanggapi pihak lawan. lagi-lagi sabar adalah harga mutlak.
masih menikmati hujan yang sedang mengguyur di siang ini. hujan yang mampu mengalahkan terik matahari yang biasa memanaskan bumi. ya, lewat hujan ini aku terinspirasi menuliskan salah satu perasaan manusia yang akan selalu menjadi salah satu musuh utamanya. amarah.
entah sudah kesekian kalinya aku marah selama hidupku ini. marah yang memang alami, namun tak mampu ku kendalikan. entah berapa hati yang tersakiti lewat ucapan tajamku. entah berapa jiwa yang terdzalimi oleh perilaku kasarku. aku menyesal. sungguh amat teramat menyesal. mohon maafkan aku yang dzalim ini. maafkan segala ucapan tajamku. maafkan segala khilafku. aku mohon, maafkanlah...
ya Allah, jadikan hamba selalu untuk mampu mengendalikan amarah hamba. jadikan hamba selalu bersabar dalam mengahadapi segala permasalahan yang ada. amin ya rabbal 'alamin.
- menikmati hujan siang hari, bandung 18 maret 2011 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar