Minggu, 20 Maret 2011

sedang kehilangan

lelaki tua itu tertunduk lesu. tatapannya kosong. lama kuamati, dia tak bergeming untuk waktu yang cukup lama. sendirian, di bangku taman tersebut. aku semakin penasaran, apa yang sedang dipikirkannya. sudah hampir batang ketiga rokok habis kuhisap. selama itu aku menunggu, berharap lelaki tua itu bergerak. namun tidak. baru sekitar lima menit dari aku mematikan rokok ketigaku, datang lelaki kira-kira seumurku. jika melihat dari parasnya, sepertinya itu adalah anaknya. menghampiri sang ayah yang masih termangu dengan perlahan. kulihat sang anak mengeluarkan kata-kata yang entah apa, namun jika boleh kutebak, mungkin sang anak sedang menenangkan perasaan sang ayah. kuterka demikian karena tak lama sang anak berkata, tangis sang ayah tak dapat tertahankan. dipeluknya sang ayah. erat sekali. setelah tangis sang ayah mulai reda, masih dipelukan sang anak, keduanya bangkit dari kursi taman lalu keduanya berlalu meninggalkanku. keperhatikan langkah keduanya saat meninggalkanku keluar dari areal taman. hingga keduanya berjalan begitu jauh. tak terlihat lagi.

ternyata dari mulai aku memerhatikan pak tua tadi hingga dijemput oleh sang anak, ada lelaki tua lain yang memerhatikanku. dia menghampiriku. dia katakan bahwa lelaki tua yang barusan kuperhatikan itu sering ke taman ini semenjak satu setengah tahun yang lalu setelah istrinya meninggal dunia. oh, itu rupanya yang membuat pak tua itu begitu murung hingga tak dapat menahan tangis di depan anaknya. setelah memberitahukan hal tersebut, pak tua itupun berlalu meninggalkanku sembari mendorong gerobak dagangannya. ya, pak tua yang bercerita barusan adalah seorang penjual jagung rebus keliling yang memang sering mangkal di taman ini. tapi tunggu, penjual jagung rebus tadi bilang bahwa lelaki tua itu sering kemari dari satu setengah tahun yang lalu. untuk waktu selama itu apakah pak tua itu masih belum mengikhlaskan kepergian istrinya?

kini rokok keempat kunyalakan. namun kini hisapannya agak dalam. sama dalamnya dengan isi benakku yang masih menerka-nerka jawaban pertanyaanku sendiri. belum ikhlas? aku tak bisa menganggap sepele masalah ini, karena perihal kehilangan seseorang adalah perasaan yang begitu rumit untuk diurai. ya, yang hilang ini adalah jiwa yang kita sayangi dan cintai. yang takkan ada duanya di dunia ini, bahkan jika jiwa tersebut kembar sekalipun. takkan pernah sama. berbeda jika kita kehilangan benda tak bernyawa. takkan begitu sulit untuk menemukannya kembali dengan spesifikasi yang identik. hubungan antarmanusia adalah hubungan yang unik. ia melahirkan berbagai perasaan yang hidup setiap detiknya. dan sulit untuk dilupakan tentunya. akan selalu membekas dalam ingatan kita. dalam hati kubergumam, ku memohon pada Sang Pemilik Hati untuk memudahkan pak tua yang sedang dan masih merasa kehilangan atas kepergian istrinya tersebut agar diberikan ketabahan, diberikan kekuatan untuk menerima kenyataan tersebut.

akupun sedang merasa kehilangan. kehilangan kebersamaan bersama sahabat-sahabatku. mereka memang belum meninggalkan dunia ini untuk selamanya. namun, ketika hari-hari yang riang itu tak kurasakan lagi kini, hampa memang. hari-hari berjalan berpeluh keringat menyusuri jalan setapak menembus rimbunnya rimba adalah momen yang entah kapan lagi aku bisa merasakannya kembali bersama mereka. aku takkan menyalahkan siapapun atas apa yang sedang kualami ini. karena di satu sisi, mereka juga memiliki kehidupan pribadi mereka. memiliki cita-cita yang ingin mereka gapai dan sedang mereka usahakan sekarang. konsekuensinya adalah tidak memiliki waktu bersama lagi seperti dahulu sewaktu kita semua masih sekolah dan kuliah. ah, semakin ku memikirkannya, semakin ku merasa sedih. mungkin memang harus kulupakan saja mereka. biarkan semua keadaan ini berjalan mengalir seadanya. toh, jika kita memang akan bertemu kembali suatu waktu nanti, aku yakin itu akan terjadi.


- sore hari di tengah taman kota bandung -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar