Kamis, 20 Desember 2012

lamunan liar

hening dan dingin. sesaat setelah bunyi tetesan air pada genting rumahku, semakin membuat rindu akan bau tanah setelah hujan di dalam lebatnya hutan...

Kamis, 04 Oktober 2012

deretan buku itu

mereka menatapku. satu per satu kuamati. mereka temanku. tak pernah bosan mengingatkanku selama raga mereka masih mampu kubaca. kelak suatu saat nanti mereka akan mengadu pada Sang Mahakuasa. dari mana mereka kudapatkan dan untuk apa mereka kugunakan. kuakui sungguh berat pertanggungjawaban semua itu. tolonglah aku. mudahkan diriku. memanfaatkanmu. berguna bagiku dan yang lain.

Sabtu, 29 September 2012

can you do it when the time comes?


no matter what happens, just keep carrying the fire inside of you and always be the good guy...

Jumat, 24 Agustus 2012

dari Ar-Rahman...

 Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)

Sabtu, 28 Juli 2012

[diam ini]

namun pada akhirnya kau hanya mampu berharap pasrah...

Sabtu, 30 Juni 2012

Pluralisme adalah Omong Kosong

Diantara issue yang mendapat perhatian cukup besar dan dominan sepanjang zaman adalah issue keberagaman atau pluralitas agama. Issue ini merupakan fenomena yang hadir di tengah keanekaragaman klaim kebenaran absolut (absolute truth-claims) antar agama yang saling berseberangan. Setiap agama mengklaim dirinya yang paling benar dan yang lain sesat semua. Klaim ini kemudian melahirkan keyakinan yang biasa disebut "doctrine of salvation" (doktrin keselamatan), bahwa keselamatan atau pencerahan (enlightenment) atau surga merupakan hak para pengikut agama tertentu saja, sedangkan pemeluk agama lain akan celaka dan masuk neraka. Sejatinya keyakinan semacam ini, juga berlaku pada penganut antar sekte atau aliran dalam agama yang sama, seperti yang terjadi antara Protestan dan Katolik dalam agama Kristen, antara Mahayana dan Hinayana atau Theravada dalam agama Buddha, dan juga antar kelompok Islam yang beragam. Realitas tersebut telah mengantarkan pluralisme kepada diskursus yang semakin luas dan amat komplek.

Issue pluralitas ini sering diletakkan sebagai pemberi andil yang cukup besar, malah faktor utama, dalam menciptakan iklim ketegangan atau konflik antar agama yang tidak jarang tampil dengan warna kejam, keras, perang, dan pembunuhan, bahkan pembersihan ras (ethnic cleansing atau genocide). Di satu pihak, teknologi informasi dan komunikasi modern telah menjadikan jagad ini hampir seperti global village. Di pihak lain, bangkit berbagai gerakan dan kelompok agama, telah menambah situasi tegang dan menakutkan, seperti yang kita saksikan antara Kristen dan Islam di Bosnia-Herzegovina, Filipina Selatan, Sudan Selatan, dan kelulauan Maluku Indonesia. Antara Islam dan Yudaisme di Timur Tengah, Islam dan Hindu di Kashmir, Protestan dan Katolik di Irlandia Utara, dan sebagainya.

Fenomena ini kemudian ditambah dengan fenomena meningkatnya gelombang dan arus migrasi pemeluk agama-agama "Timur", khususnya kaum Muslimin, ke negara-negara Barat. Hal mana secara umum telah membuat Barat khawatir akan terganggunya keamanan dan ketenteramannya. Barat, yang memang belum terbiasa hidup berkoeksistensi damai dengan komunitas-komunitas lain kecuali baru akhir-akhir ini saja (itu pun sebatas kulit-kulit luaran saja) dan yang sebetulnya masih harus belajar dari komunitas lain, begitu merasa tak nyaman dan khawatir yang sangat berlebihan (paranoid) akan munculnya kelompok atau bangsa lain, khususnya dari kaum Muslimin, sebagai kekuatan yang menjadi rivalnya, terutama pada masa pasca perang dingin dan runtuhnya Uni Soviet.

Terlepas dari itu semua, fenomena plutalitas agama telah menjadi fakta sosial nyata yang harus dihadapi masyarakat modern. Untuk pertama kali dalam sejarahnya, manusia menyaksikan dirinya secara global hidup berdampingan (koeksistensi) dengan berbagai penganut agama yang berbeda dalam satu negara, dalam satu wilayah dan satu kota, dan bahkan dalam satu gang yang sama. Fenomena demikian bagi masyarakat yang belum terbiasa dan belum memiliki pengalaman dalam berkoeksistensi damai, seperti Barat, tentu akan menimbulkan problematika tersendiri, sehingga memaksa para ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk memformulasikan suatu solusi maupun pendekatan dalam merespon problematika tersebut.

Dari sinilah kemudian muncul sejumlah teori pluralisme agama, yang mungkin bisa diklasifikasikan, sesuai dengan pokok-pokok pemikiran dan karakter utamanya ke dalam empat kategori. Pertama, tren humanisme sekular (secular humanism), yang dibangun di atas dua konsep utama untuk mewujudkan koeksistensi damai antar agama: (i) sentralitas manusia sebagai subyek dan obyek; dan (ii) sekularisasi/sekularisme. Representatif tren ini kebanyakan dari kalangan tokoh politik seperti Benjamin Franklin, dan juga para teolog seperti Harvey Cox.

Kedua, tren teologi global (global theology), yang mengacu kepada: (i) teori rekonsepsi agama yang diusung Wilfred Cantwell Smith; dan (ii) hipotesis transformasi pemusatan-diri menuju pemusatan-Yang Maha Nyata (The Real) yang dipropagandakan oleh John Hick.

Ketiga, tren sinkretisme (syncretic trend). Tren ini diwakili oleh gerakan "Masyarakat Ketuhanan" (Brahma Samaj); dan "Masyarakat Teosofi" (Theosophical Society) yang didirikan pada tahun 1875 di New York, Amerika Serikat. Tren ini juga terekspresikan secara fasih dalam pemikiran-pemikiran Ramakrishna dan muridnya, Swami Vivekananda. Begitu juga, kecenderungan ini sangat kental dalam gagasan-gagasan Mahatma Gandhi. Tren ini memiliki dua pondasi utama yaitu: (i) gagasan bahwa kebenaran terbagi dalam berbagai agama, dan (ii) gagasan bahwa agama-agama adalah saling melengkapi.  Dari tren ini lahir khazanah pemikiran Kabir dan Nanak yang telah memformulasi agama baru, Sikhisme, yang dicampur dari adonan Hindu, Buddha, dan Islam.

Keempat, tren Hikmah Abadi (perennial philosophy, sophia perennis atau al-Hikmah al-Khalidah). Sebetulnya tren ini dari segi kepopulerannya di kalangan kaum mistik kuno, adalah tren kuno, tapi karena ditampilkan dalam wadah baru lengkap dengan filsafat modern, maka pada saat maraknya issue pluralisme agama, maka ia dapat dianggap sebagai tren modern dan relevan dengan topik kajian ini. Tren ini digagas dan diusung tokoh-tokohnya yang paling bertanggung jawab, seperti Frithjof Schuon dan Seyyed Hossein Nasr. Gagasan ini pada intinya bertumpu pada keyakinan mereka yang membedakan antara "hakikat transenden" (transcendent reality) yang hanya satu saja dan tidak mungkin diketahui, dan "hakikat keagamaan" (religious reality) yang tidak lain merupakan beberapa manifestasi eksternal yang beragam dari hakikat yang satu dan transenden tersebut.

Keempat tren ini jika diteliti dengan seksama, ujung-ujungnya berakhir pada muara yang sama. Yaitu memberikan legitimasi yang setara kepada semua agama (semua aliran dan ideologi) yang ada, agar dapat hidup berdampingan bersama secara damai, aman, penuh tenggang rasa, toleransi, dan saling menghargai. Serta dengan tanpa adanya perasaan superioritas dari salah satu agama di atas yang lain. Setidaknya inilah nilai-nilai yang ingin diwujudkan oleh tren-tren tersebut, dan inilah yang kini dikenal secara luas dengan istilah pluralisme agama.

Pengkaji yang cermat, mendalam, obyektif, dan kritis terhadap tren-tren tersebut di atas, niscaya akan berkesimpulan bahwa gagasan-gagasan tersebut ternyata tidak mampu menyuguhkan solusi apapun yang berarti bagi problem konflik dan ketegangan antar agama. Melainkan justru sebaliknya, menciptakan fenomena baru yang berdampak negatif serta sangat berpotensi membahayakan manusia dan kehidupan keagamaannya secara umum. Implikasi-implikasinya, yang terpenting diantaranya adalah: (i) terminasi atau eliminasi agama-agama yang melahirkan sekularisme dan skeptisisme dengan kedua versinya yang ateis dan agnostik; (ii) munculnya pluralisme formalistis yang melahirkan uniformisme dan munculnya agama-agama baru; dan (iii) ancaman terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) yang melahirkan kondisi empiris golongan agama minoritas yang hidup di bawah sistem demokrasi, dimana terdapat kenyataan bias yang nyaris tak terhindarkan dalam cipta-rasa manusia, dan problem teoritis (theoretical problem) tentang HAM.

Gagasan ini, yakni kesetaraan agama, sepintas tampak sebagai solusi yang menjanjikan harapan-harapan dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, namun kajian yang lebih mendalam, obyektif dan kritis terhadap gagasan tersebut, telah menunjukkan hakikat yang justru sebaliknya, dan semakin menyingkap topeng yang menyembunyikan wajah aslinya yang ternyata bengis, tak ramah, dan intoleran. Di samping kontradiksi yang sangat jelas dengan arti etimologis pluralisme agama, gagasan ini sebenarnya banyak mengandung problem yang sangat krusial. Sebagian diantaranya adalah problem epistemologis, dan sebagian lainnya adalah problem metodologis, dan lainnya lagi adalah problem teologis, sehingga jika diimplementasikan di alam nyata secara apa adanya jelas justru akan menimbulkan problem-problem yang berlawanan secara diametral dengan tujuan-tujuan yang semula ingin dicapai. Sehingga yang terjadi adalah intoleran dan bukan toleran, pemaksaan dan bukan kebebasan, kezaliman dan bukan keadilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, gagasan ini lebih merupakan problem itu sendiri daripada solusi.


Sumber: Tren Pluralisme Agama; Tinjauan Kritis dengan editan

Minggu, 17 Juni 2012

24 Protokol Yahudi

Dokumen "Protocols of Zion" yang sudah lama menjadi 'kitab suci" Zionisme Internasional, selama ini dipahami sebagai sumber inspirasi kaum Yahudi untuk menata dunia sesuai dengan keinginannya, yaitu Dunia yang pada akhirnya hanya beragama satu, agama Yahudi. Inti ajaran agama Yahudi adalah pemujaan materi atau dikenal dengan istilah materialisme. Protokol itu pertama kalinya dibuat tahun 1895 di Basel-Swiss oleh pemimpin Zionis saat itu, Theodore Hertzel. Dokumen itu berisi 24 pasal (24 protocols). Tadinya sangat dirahasiakan sekali, tapi kemudian bocor dan sampai ke tangan pendeta orthodox Rusia, Sergyei Nillus, yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Rusia pada tahun 1905. Seorang wartawan Inggris, Victor E. Marsden, kemudian menerjemahkannya kembali ke dalam bahasa Inggris dengan judul "The Protocols of The Learned Elders of Zion" pada tahun 1917. Berikut garis besar ke-24 protokol tersebut:

PROTOKOL I:
Semboyan kita (kita disini maksudnya: zionisme/warga Yahudi sedunia, pen) hanya ingin mencapai tujuan dengan kekuatan militer, kecanggihan teknologi perang, dan memasyarakatkan hidup bersenang-senang mengejar popularitas. Pandangan hidup kita hanyalah mampu menindas terlebih dahulu, kemudian bertanggungjawab dalam suatu persoalan, atau berbuat jahat dan memasang jerat halus demi kepentingan kita. Kita pembuka jalan falsafah kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan yang menjadi topik aktual sepanjang masa (kini falsafah itu dikenal dengan istilah 'demokrasi', pen). Mereka yang menjunjung falsafah itu sebenarnya belum berpikir secara matang dan dewasa. Falsafah itu sebenarnya tidak bernilai, dan banyak masyarakat kaum awam yang terkecoh, dan tidak menyadari bahwa pengertian falsafah itu sebenarnya masih rancu dan diliputi oleh awan gelap. Kata-kata itu telah diulang berkali-kali, dan mereka tertarik dengannya padahal telah menghancurkan kemakmuran dunia dan kebebasan perorangan yang sesungguhnya. Orang-orang non-Yahudi yang dianggap sebagai orang pandai dan berpikiran cerdas tidak memahami simbolisme yang terkandung dalam kata-kata yang diucapkannya itu; demikian pula mereka tidak melihat pertentangan yang terkandung di dalamnya, dan tidak pula menyadari bahkan di alam bebas tidak terdapat arti kata persamaan dalam bentuk apapun juga. Slogan kita berupa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan yang kita kumandangkan hanyalah jerat halus untuk menangkap mangsa dan sebagai sarana yang dapat menarik orang mendukung perjuangan kita dari seluruh pelosok dunia. Falsafah itu mampu membingungkan para pemimpin Kristen. Pada suatu saat falsafah itu mampu mematahkan tangga dan merontokkan persatuan. Dari sisi lain, falsafah itu akan menggulingkan kubu-kubu bangsawan non-yahudi, yaitu kubu yang dipakai tempat perlindungan masyarakat yang hidup di atas planet bumi ini. 

PROTOKOL II:
Kita harus berusaha sekuat tenaga agar pertempuran yang terjadi antara dua negara tidak menjalar ke negara lain. Sehingga peperangan itu masih bisa dikendalikan, agar pihak kita dapat menguasai. Disamping itu pihak yang bertempur selalu membutuhkan bantuan dari kita. Kita harus mengangkat orang yang tidak berpengalaman luas dalam pemerintahan, agar mudah diatur untuk diarahkan ke tujuan tertentu. Kita membutuhkan opini publik melalui surat-surat kabar kepada orang-orang non-Yahudi. Ideologi kita kini telah berhasil dengan gemilang. Kemenangan ideologi kita melalui otak Darwin, Karl Marx, Adam Smith, dan Nietzche. Pandangan pikiran mereka mampu menggoyahkan ketenagaan masyarakat dunia. Bagi orang yang tak menjalankan ajaran agama, ideologi semacam ini mudah diterima. Surat kabar sebagai senjata utama, kini berada ditangan kita. Walaupun demikian kita harus bergerak di bawah tanah. 

PROTOKOL III:
Kini beban kita tinggal menerobos terowongan yang pendek, setelah itu daerah yang dikuasai oleh ular (lambang 'Freemasonry', organisasi bawah tanah dari gerakan Zionisme Internasional, pen) akan kita kunci. Bila sudah dikunci, berarti semua benua eropa akan tergenggam dalam tangan kita. Kita harus mempertajam ketegangan pemerintah dengan rakyat. Agar wibawa pemerintah menjadi lemah dan rakyat pun tidak memiliki daya untuk bertindak. Kemudian kita akan mudah menguasai keduanya sesuai dengan tujuan kita. Kita harus mampu memberikan semangat agar para aktivis partai saling berebut kursi pemerintahan. Kita harus mampu memberikan nasihat kepada kaum buruh dan pekerja seakan-akan memperoleh prioritas yang memuaskan dari kebijaksanaan dan undang-undang yang tertulis di atas kertas. Padahal tulisan itu hanyalah kebohongan belaka. Dengan demikian agen-agen Yahudi akan kita kirim untuk mengatur roda perusahaan sesuai tujuan kita. Kita harus mampu meningkatkan rasa benci dan dengki di kalangan buruh untuk meledakkan kemelut perekonomian dunia. Sarana yang tepat untuk menciptakan situasi seperti itu adalah emas yang telah kita genggam. Kita harus mampu menanamkan rasa benci di hati kaum buruh agar tetap bermusuhan dengan orang kaya sejak kecil. Untuk merealisasikan program itu, kita tidak akan terbentur oleh bahaya, lantaran masyarakat Kristen yang sudah lemah akan mudah dikuasai, terutama menguasai pemerintah yang akan membinasakan Yahudi dari muka bumi ini.

PROTOKOL IV:
Gerakan 'Freemasonry' akan melaksanakan tujuan-tujuan kita ini, dan sebagai penghalang bagi siapa saja yang akan membongkar program kita. Gerakan 'Freemasonry' akan mampu menghapus keyakinan bertuhan di tengah masyarakat Kristen, dan diganti dengan teori matematika dan teori relativitas. Kita harus berani mengarahkan orang-orang Kristen agar pikirannya hanya ke arah persaingan ekonomi dan industri. Situasi seperti itu diupayakan semakin tajam, agar terwujud masyarakat yang individualistis. Sehingga mereka akan apatis terhadap perjalanan politik, agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Mereka hanya mengurus tenaga dan memeras otak demi mendapatkan harta. Dengan demikian mereka bergelimang dengan kehidupan materialisme dan mengabaikan ajaran-ajaran agama (kini giliran orang-orang Muslim karena orang-orang Kristen sudah ditaklukkan, pen). Paham liberal harus kita sebarkan ke seluruh dunia agar pengertian mengenai arti kebebasan (liberal) itu benar-benar menimbulkan disintegrasi dan menghancurkan masyarakat non-Yahudi. Maka industri harus dilandaskan atas dasar yang bersifat spekulatif. 

PROTOKOL V:
Kita harus mencemarkan nama pendeta dan ulama. Agar keduanya dipandang hina oleh gelandangan di pinggir jalan. Ada suatu langkah yang mampu membikin opini umum, yaitu kita harus mengajukan berbagai pandangan yang dapat menggoyahkan keyakinan-keyakinan sebelumnya yang sudah tertanam di hati dan pikiran masyarakat. Kalau usaha ini belum mendapatkan perhatian, maka masyarakat harus diberikan pandangan lagi yang secara sosial dapat diterima. Dengan cara ini, keyakinan lama yang sudah tertanam di hati manusia akan tergoyahkan, dan pada akhirnya akan tumbang, lantaran terdepak oleh perkembangan zaman. Pada akhirnya pendapat dan pandangan yang tidak searah dengan tujuan Yahudi (yaitu menjadikan ummat manusia hanya memuja materi, pen) akan musnah, dan di dunia akan jatuh ke dalam perangkap kesesatan. Kita harus mampu membuka jalan agar kebobrokan mental manusia semakin bertambah, dan adat-istiadat porak-poranda. Dengan demikian perpecahan antar kelompok masyarakat akan terjadi di mana saja. Segala kekuatan yang melawan Yahudi akan lenyap. Segala semangat akan luntur. Akhirnya faktor yang memberikan kemenangan kepada pihak kita akan nampak. Kita harus mengendalikan masyarakat Kristen dalam kondisi yang semakin rumit dan norma-norma sudah tidak dijunjung tinggi oleh masyarakat. Setelah itu mereka akan meminta kita memimpin dalam memasuki gerakan dunia. Bila posisi ini sudah kita raih, maka seluruh kekuatan pemerintah di dunia akan mudah diarahkan. Dari sini akan terwujud pemerintahan internasional tertinggi yang kekuasaannya meliputi seluruh dunia. Lembaga ini secara fungsional mempunyai peraturan yang berwibawa dan dipatuhi oleh seluruh umat manusia di dunia. 

PROTOKOL VI:
Kita harus mampu mengatur penimbunan kekayaan yang amat besar yang dimiliki oleh orang-orang non-Yahudi. Administrasinya harus dapat mengikis habis kekayaan itu secara berangsur-angsur. Kita harus menggunakan segala cara agar lembaga pemerintah internasional (semacam PBB, IMF, World Bank sekarang ini, pen) memiliki daya polularitas yang tinggi, sehingga dikenal oleh seluruh umat manusia yang hidup di dunia ini. Diusahakan agar bangsa yang patuh kepada lembaga ini merasa memperoleh perlindungan yang terjunjung tinggi harkat bangsanya. Kini segala keningratan non-Yahudi telah punah, tinggal sektor pertanian. Walaupun begitu sektor pertanian tidak boleh diabaikan. Sebab tuan tanah sendiri bisa hidup merdeka dari genggaman kita. Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk membebaskan tanah itu dari miliknya. Barangkali cara yang tepat adalah pajak dan biaya pengolahan tanah pertanian harus menanjak. Dengan demikian, tuan tanah akan berpkir seribu kali untuk menanam lagi. Jika situasi seperti itu berjalan terus, maka mereka akan segera menjual tanah itu. Kita harus berani memberikan semangat kepada masyarakat agar senang berfoya-foya dan malas. Tindakan ini akan mengakibatkan kebangkrutan bagi perusahaan dan pabrik non-Yahudi. Kita harus membentuk persaingan tajam dalam perdagangan (ciri utama ekonomi liberal, pen). Kita harus berani berusaha menaikkan gaji kaum buruh untuk menipu mereka. Dalam waktu yang sama kita harus menaikkan harga barang-barang pokok, dengan dalih hasil panen mengalami penurunan. Kita harus berani mendorong kaum buruh untuk menenggak minuman keras agar produksi pabrik menurun drastis.

PROTOKOL VII:
Kita harus berani mendorong masyarakat Eropa dan selalu membantu menyebarkan isu buruk dan berbau permusuhan dengan penduduk yang tinggal di benua lain. Kebijaksanaan ini memberikan dua keuntungan bagi kita. Sebab, mereka mengetahui bahwa kita mampu melahirkan revolusi atau membuat peraturan sesuai dengan kehendak mereka. Bila ada pemerintah yang ingin menghambat tujuan kita, maka diupayakan negara tetangganya merasa terancam, pada akhirnya mengakibatkan peperangan dua negara. Apabila dua negara bersatu untuk menghancurkan kita, maka kita harus berani menyatakan perang dunia. Agar segala rencana dapat dicapai, maka kita harus mampu membentuk opini masyarakat dunia. Tampaknya hal itu mudah kita capai, karena sarana yang paling efektif telah kita kuasai, yaitu surat kabar yang setiap hari terbit dengan oplah yang besar (dan kini ditambah stasiun tv, kantor berita, internet, pen). Untuk menunjukkan kekuatan kita, maka salah satu negara harus diserbu dengan gerakan teroris dan tindakan-tindakan keji. Jika bangsa lain mengetahui kekuatan kita, maka Yahudi akan ditakuti oleh seluruh bangsa. Jika ada bangsa yang ingin melawan kita, maka akan kita gempur dengan senjata buatan Amerika dan buatan negeri lain yang menjadi sekutu kita. 

PROTOKOL VIII:
Pemerintah kita harus memahami bahwa kebudayaan suatu bangsa mempunyai peranan yang amat penting. Oleh karena itu pemerintah harus mampu menghimpun orang-orang senior seperti pengarang, ahli hukum, eksekutif, politikus, administrator yang telah lama duduk di sekolah kita dan telah ditempa dengan dokrin Yahudi. Para sarjana yang telah lulus universitas kita (universitas dengan kurikulum berbasis doktrin Yahudi, pen) akan diterima dengan kewajiban ikatan kerja, yang penting biaya hidup mereka terjamin. Pemerintah kita harus mampu menguasai sarjana ekonomi yang memiliki wawasan politik. Karena politikus yang ekonom memegang peranan penting dalam perjuangan kita. Kita berupaya agar kursi (kekuasaan) diduduki oleh orang yang tidak disegani oleh masyarakat. Minimal orang itu mempunyai perangai yang kurang baik sehingga rakyat akan mudah marah kepadanya, dan keduanya dapat kita kuasai. 

PROTOKOL IX:
Kita harus dapat menguasai pejabat-pejabat non-Yahudi yang mengatur administrasi, untuk dirombak sebagaimana yang kita harapkan. Selain itu harus menempatkan orang-orang kita dalam lembaga pengatur negara. Kita berusaha agar administrasi suatu negara berjalan timpang. Kita banyak mendudukkan wakil-wakil dalam tubuh legislatif, dan ikut serta dalam pemilihan umum. Kita harus mampu mengarahkan misi surat kabar, disamping menguasai departemen pendidikan. Karena pendidikan merupakan tonggak terpenting dalam kehidupan yang merdeka. Kini aktivis kita harus mampu menodai masa depan generasi mendatang dan mencemari generasi sekarang. Kita harus memberikan pelajaran pada generasi masa kini dengan pandangan-pandangan yang mengandung unsur merusak citra bangsa. Sebagian orang menanyakan: "Apa yang harus kita lakukan, bila ada yang mengetahui program kita yang ingin merusak citra bangsa? Jawabnya: Kita harus merahasiakan rencana itu dan dalam menyalurkan ke masyarakat harus dengan penuh perhitungan. Tetapi jika ada yang terjadi diluar perhitungan kita, kita pun sudah mempersiapkan diri dengan kekuatan militer dan alat-alat tempur yang canggih. Pada suatu saat kita akan menyerbu dengan kekuatan yang mampu menggetarkan lawan yang menghadapi kita. Untuk menghadapi perlawanan semacam itu kita mempersiapkan terowongan di bawah tanah yang akan digunakan untuk meledakkan seluruh kota di dunia, termasuk dokumen-dokumen akan hangus. 

PROTOKOL X:
Kita harus memecah-belah keluarga masyarakat non-Yahudi dan menghapus adat-istiadat, serta kebudayaan mereka. Kita berusaha untuk memperoleh setiap sarjana dan cendekiawan agar mau bergabung dengan barisan kita. Kita harus dapat mendirikan pemerintahan otokrasi yang mudah diatur menurut haluan kita. Hal itu bisa dijangkau apabila seluruh lembaga baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dipegang oleh orang-orang yang tidak segan-segan menerima uang siluman. Kepemimpinan tertinggi akan dipegang oleh agen-agen kita yang mampu menjalankan pemerintahan sesuai dengan petunjuk kita. 

PROTOKOL XI:
Tuhan telah menghendaki keturunan Israel sebagai petualang dunia yang hidup di berbagai negara. Kalau dipandang sepintas hal itu merupakan sisi kelemahan Israel. Namun petualangannya harus dimanfaatkan untuk memperkokoh posisi kita dan dijadikan sebagai jembatan emas untuk menduduki singgasana kerajaan dunia. Pesta-pesta yang diadakan oleh gerakan 'Freemasonry' merupakan tempat komunikasi antara kelompok-kelompok kita (sekedar info saja, yayasan 'Lions Club' dan 'Rotary Club' di seluruh dunia dikendalikan oleh orang-orang 'Freemasonry' ini, pen). Kita bagaikan Singa (bukankah 'Lions Club' berarti 'klub para Singa?") dan orang-orang non-Yahudi laksanan kelompok biri-biri. Bila singa memasuki kandangnya, biri-biri hanyalah bisa memejamkan matanya dan menerima nasib malangnya. 

PROTOKOL XII:
Dominasi kita harus merambah surat kabar yang membawa misi partai. Selain itu kita harus mampu mengontrolnya sebelum berita itu diedarkan, agar tidak mengungkap misi kita. Segala berita yang akan disiarkan lewat radio harus melalui pengawasan kita. Buku-buku berbobot harus dikenakan pajak yang tinggi, sedangkan buku murahan tidak dikenakan pajak, agar para sarjana enggan menulis buku. Perusahaan surat kabar akan kita beli untuk mengimbangi dan menjawab isi surat kabar independen yang lepas dari genggaman kita (kini tentu tak sebatas surat kabar, tapi meliputi pula: stasiun tv, kantor berita, majalah dan website terkenal di internet, pen). 

PROTOKOL XIII:
Kita harus berusaha agar opini umum tidak mengetahui permasalahan sebenarnya. Kita harus menghambat segala yang mengetengahkan buah pikiran yang benar. Hal itu bisa dilakukan dengan memuat berita lain yang menarik di surat kabar. Agen-agen kita yang menangani sektor penerbitan akan mampu mengumpulkan berita semacam itu. Pandangan masyarakat harus kita alihkan kepada hiburan (dunia entertaiment, pen), seni, dan olah raga. 

PROTOKOL XIV:
Diupayakan di dunia ini hanya satu agama, yaitu agama Yahudi (inti ajaran agama Yahudi adalah pemujaan materi atau paham materialisme, pen). Oleh karena itu segala keyakinan lainnya harus dikikis habis. Kalau dilihat di masa kini, banyak orang yang menyimpang dari agama. Pada hakekatnya kondisi seperti itulah yang menguntungkan Yahudi. Di masa akan datang masyarakat dunia akan berduyun-duyun memasuki agama Musa yang menundukkan mereka berada di bawah telapak kaki Yahudi. Pada saat itu, suara kritikan hanya tertuju kepada agama selain Yahudi. Orang tak akan berani menelanjangi agama kita. Karena rahasia yang terkandung dalam ajaran agama Yahudi sangat dalam, dan ajarannya selalu diperjuangkan oleh pendeta-pendeta kita. Segala karya tulis yang mengkritik agama kita tidak diperkenankan terbit dan tersebar di masyarakat. Kita terus berjuang menyebar-luaskan tulisan sastra picisan di masyarakat negara adidaya (contohnya sekarang ini novel Harry Potter dll, pen). 

PROTOKOL XV:
Agen-agen rahasia kita harus disebar ke seluruh dunia. Mereka adalah anggota organisasi di bawah tanah dan gerakan 'Freemasonry'. Bila bisa berjalan dengan baik, kita akan mempunyai polisi rahasia yang bergerak ke seluruh penjuru dunia. Dari mereka kita mendapatkan data-data akurat untuk mengatur segala persoalan yang penting. Kita harus sering mengadakan pertemuan anggota 'Freemasonry' sebelum memegang kekuasaan yang sempurna. Setelah berkuasa, kita akan mampu memusnahkan semua gerakan non-Yahudi dengan cara licin sehingga orang tidak akan menuding kita. 

PROTOKOL XVI:
Kita harus berani tampil di tengah masyarakat dan berjuang memimpin universitas yang ada sekarang. Setelah itu, penulisan sejarah akan kita tinjau kembali, dan menyisihkan sejarah yang menghujat nama bangsa Yahudi. Kritikan dari orang non-Yahudi tidak begitu bahaya, tetapi yang perlu diwaspadai adalah pendidikan yang berjalan dengan kurikulum mereka sendiri (bukan meniru kurikulum kita). Maka usahakan pendidikan semacam itu harus dilenyapkan. Bila tidak mampu, ia harus dikucilkan dari masyarakat. Segala macam yang melambangkan kemerdekaan berpendapat harus dilenyapkan, walaupun slogan itu pernah kita gunakan untuk meraih tujuan. Kita telah meletakkan program untuk menarik simpati masyarakat dengan memberi pelajaran empiris nyata (contohnya kurikulum berbasis kompetensi SD-SMA di Indonesia sekarang, pen), dan membuang pelajaran yang bersifat non-empiris (misalnya pendidikan budi pekerti, pen). Pelajaran ini amat sistematis, agar kaum pelajar tidak mampu berpikir luas, dan tidak mampu memecahkan persoalan tanpa bantuan orang lain. Jadi mereka bagaikan binatang ternak, yang dapat digiring menurut kehendak pengembala. Mereka hanya menaati penjelasan dari guru tanpa berusaha untuk mendalaminya. Sistem ini telah berhasil kita suntikkan ke dalam sekolah di negeri Prancis, yang ditangani oleh aktivis yang bernama Bouro. 

PROTOKOL XVII:
Kita selalu dituntut untuk mencemarkan nama baik pendeta dan ulama non-Yahudi, agar mereka terhina dimata rakyat. Dengan usaha ini dapat mengurangi misi perjalanan mereka yang menghambat perjuangan kita. Bila ada peluang yang baik, istana Paus akan kita runtuhkan dengan memakai orang lain yang akan menembak Paus di Vatikan. Bila ini terjadi, para penduduk dunia akan berduyun-duyun ke Vatikan, dan kita akan tampil seolah-olah menjadi pelopor penuntutan terhadap pelaku pembunuhan itu (usaha pembunuhan Paus pernah dilakukan tahun 1981, tapi gagal, pen). Cara seperti itu agar kita yang akan menduduki singgasana Paus. Dan Yahudi akan menjadi Paus sejati dan kepala uskup Gereja Internasional. 

PROTOKOL XVIII:
Di saat polisi menjaga keamanan negara dengan ketat, kita harus mampu mengadakan kerusuhan dan keonaran di masyarakat (departemen kepolisian di seluruh dunia selalu memperoleh bantuan Zionis Internasional untuk mendukung tujuan mereka, pen). Kemudian para penceramah diorganisir untuk menerangkan keadaan yang genting itu. Di saat itu kita dapat menemukan jalan keluarnya, sehingga masyarakat bersimpati kepada kita. Kebijaksanaan seperti ini akan kita gunakan secepatnya untuk memberikan perintah agar penjagaan semakin ditingkatkan. Peluang ini kita pakai untuk mengoordinir para pendukung kita untuk mendapatkan tujuan. 

PROTOKOL XIX:
Politikus yang kita tangkap diusahakan tidak dianggap sebagai pahlawan, tetapi martabat mereka kita samakan dengan penyamun, pencoleng, pembunuh, dan narapidana berat lainnya. Usahakan masyarakat menyamakan narapidana politik dengan kriminil agar masyarakat menilai jelek para politikus. 

PROTOKOL XX:
Kita harus berusaha agar bantuan (hutang) luar negeri seakan-akan bantuan dalam negeri. Agar kekayaan negara yang berhutang akan terus mengalir ke perbendahaaraan kita. Akal hewan bangsa non-Yahudi tidak akan mengerti bahwa hutang kepada negara kapitalis akan menguras kekayaan negaranya sendiri. Sebab, bunga hutang itu akan diambil dari hasil bumi negaranya atau masukan keuangan lainnya. Sekarang kita telah menguasai kekayaan dunia dengan jalan memegang saham surat-surat berharga lainnya (inilah alasan pemaksaan dibukanya Pasar Modal dan Pasar Uang di negara-negara yang berhasil mereka "liberalisasikan ekonominya", pen). Kita akan membentuk pemerintah yang berhutang agar terus membutuhkan bantuan dari bank kita sehingga pemerintah negaranya akan tergenggam oleh kaum kapitalis.

PROTOKOL XXI:
Kita akan mendukung pemerintahan di seluruh dunia dengan sejumlah besar ahli di bidang ekonomi. Itulah sebabnya ilmu pengetahuan ekonomi merupakan ilmu utama yang diajarkan oleh orang Yahudi (hampir di seluruh negara di dunia, fakultas ekonomi selalu saja jumlahnya melebihi jumlah fakultas ilmu sosial dan eksakta yang ada. Dan pelajaran ekonomi di SMA selalu memiliki bobot materi yang paling lengkap dibanding mata pelajaran lainnya, tak terkecuali di Indonesia saat ini, pen). Kita akan dibantu oleh bankir, industrialis, kaum yang bermodal, dan terutama para milyuner yang tak terhitung banyaknya. Karena segala sesuatu diatur dengan angka yang pasti.

PROTOKOL XXII:
Emas selau memegang peranan terpenting, dan sekarang kita telah menguasainya dengan melewati beberapa usaha yang lama dan telah melintasi beberapa generasi. Oleh karena itu senjata ini harus mampu memainkan peranannya untuk menggapai tujuan kita dalam rangka menguasai dunia. Untuk membentuk perdamaian di atas planet ini, perlu menggunakan sedikit kekerasan, yang semuanya dapat dilaksanakan di bawah panji-panji zionisme. 

PROTOKOL XXIII:
Mula-mula yang kita lakukan untuk memperkokoh kekuatan kerajaan kita, yaitu harus melenyapkan yayasan dan organisasi yang dulu bergerak untuk membela kita. Sebab bila ia dibiarkan, akan menjadi membahayakan kerajaan kita. Kerajaan Israel akan menjadi kokoh atas kehendak Allah. Langkah pertama untuk menegakkan kerajaan itu adalah membasmi pikiran orang yang tidak berwawasan luas. Walaupun mereka dulu pernah dipakai tangga untuk mencapai tujuan kita yang mulia. 

PROTOKOL XXIV:
Orang yang mengatur kerajaan kita harus dari keturunan Dawud (David), disamping tokoh-tokoh dari zionis. Orang tersebut harus memiliki otak cemerlang, mampu mengendalikan hawa nafsunya, bisa bergaul dengan rakyat, bersih dari noda, berani berkorban untuk memenangkan kepentingan rakyat, lambang kejayaan, tangguh dan kharismatik (figur dimaksud dalam keyakinan ummat Islam, disebut Dajjal, pen). 

Demikianlah keseluruhan garis besar dari tiap protokol, untuk rincian setiap protokolnya dapat dibaca di buku "The International Jew" karya Henry Ford.

Jika kita bandingkan dengan situasi dunia saat ini maka jelaslah bahwa kita dapati sebagian protokol tersebut ada yang telah dijalankan dan sebagian lagi sedang dijalankan. Pertanyaannya adalah, apakah kita akan diam saja menunggu semua rencana tersebut berhasil dijalankan, atau berbuat sekemampuan kita untuk melawannya?

Kamis, 24 Mei 2012

Sadarlah!

Dalam seratus tahun yang terakhir, telah terjadi perubahan-perubahan yang sangat luar biasa di muka bumi. Pengelompokan sosial yang biasa berlaku di seluruh dunia, yaitu masyarakat berpola pedesaan, yang terbentuk dari keluarga-keluarga yang saling mengenal dan saling membantu -baik di antara warganya maupun antar pedesaan- kini dengan pesatnya telah terkikis dan kehilangan sifatnya. Kini, di kota-kota besar, setiap insan semakin terkucil dari jati dirinya, dari manusia di sekitarnya, dan dari pengenalan kepada Allah -mereka sekedar menjadi sebuah roda gigi yang sibuk dalam proses produsen-konsumen, yang apabila tidak sedang bekerja atau tidur, mereka hampir selalu terjebak dalam pencapaian fatamorgana pemuasan diri yang kekanak-kanakan dan tak ada habisnya, ini menjamin bahwa manusia tidak akan punya banyak waktu untuk merenung dan bercermin tentang dari mana dan akan kemana dia, juga tak ada waktu untuk mencoba membebaskan diri dari jeratan rutinitas kehidupan yang membelitnya.

Walaupun ukuran pengelompokan sosial yang ada sekarang sebesar masyarakat pedesaan, transaksi sosial antar warganya sudah tidak sehangat dan seerat dahulu. Kini, semakin kurang waktu untuk saling bertemu dan semakin banyak waktu tersita untuk menonton televisi. Semakin sedikit waktu untuk bekerja bersama dan semakin banyak waktu untuk bekerja sendirian. Bagi mereka yang dilahirkan dalam keadaan seperti ini, perubahan sosial ini tidak begitu kentara. Seolah-olah semua berjalan sebagaimana mestinya.

Mungkin satu-satunya  cara  untuk  memahami betapa  dahsyatnya  perubahan  yang telah terjadi, adalah dengan mengamati apa yang terjadi ketika sebuah perusahaan multinasional memutuskan untuk mulai menjarah sumber daya alam dari suatu daerah yang sebelumnya terpencil. Dalam waktu yang cukup singkat, kegiatan para pengatur perusahaan tersebut tidak hanya  mengacaukan cara hidup  masyarakat asli daerah itu, tapi juga  memusnahkan sumber-sumber penghidupan tradisional mereka, dan dengan demikian menjamin pasokan tenaga kerja murah untuk  mengerjakan berbagai kegiatan perusahaan  multinasional itu. Mendadak semua orang dinomori dan mengejar sesuatu yang namanya uang, dan terenggutlah keselarasan sosial yang pernah ada sebelum datangnya pertambangan, atau ladang minyak, atau penebangan hutan, atau pendirian pabrik, atau pembangkit listrik tenaga air, atau apa pun juga.

Semuanya dilaksanakan atas nama kemajuan, pemberadaban masyarakat terbelakang, atau demi peningkatan mutu kehidupan, namun, pada hakikatnya gaya hidup baru itu pasti terkait dengan teknologi baru, dan pasti juga terkait dengan pelecehan pada ilmu hakiki, yang para kafir sebut sebagai pendidikan dan melek huruf itu. Semuanya merupakan tanda terkikisnya atau berakhirnya transaksi kemanusiaan yang sejati di daerah tersebut. Adapun penduduk asli yang tidak bisa dipakai, akan sengaja digusur atau dibasmi dengan aneka penyakit menular atau virus-virus baru, yang mereka belum miliki penolak alaminya.

Sebuah perubahan perilaku sosial lainnya yang cukup berarti, dan jelas berkaitan dengan meningkatnya otomatisasi di suatu kelompok sosial, adalah bahwa dahulu keutuhan suatu masyarakat dibina dengan peribadatan kepada Tuhan, kini unsur pengikat yang mendasar itu sudah semakin berkurang. Apabila kita kaji bagaimana sistem pemerintahan di negara kafir saat ini, kita akan menemukan bahwa pengaturan dan pengendalian dilakukan dengan cara yang sangat terpusat dan semakin terkomputerisasi. Dengan kemajuan teknologi -terutama di bidang komunikasi dan transportasi, bersama-sama dengan penggunaan sistem komputer canggih guna penyimpanan dan pengambilan informasi- maka pengendalian yang meluas dari satu tempat jadi kenyataan.

Kini sebagian besar negara kafir adalah police state. Dibanding dengan keadaan seratus tahun yang lalu, maka kini tingkat pengawasan dan pengendalian yang dilaksanakan pemerintah-pemerintah atas rakyat-rakyatnya sangatlah menakjubkan, dan sebagian besar pengendalian itu dicapai dengan bentuk-bentuk pekerjaan yang tersedia dalam sebuah masyarakat industri masa kini.

Jelaslah bahwa kini bentuk usaha yang paling umum adalah perusahaan besar, baik milik swasta maupun pemerintah, perusahaan-perusahaan semacam ini biasa memiliki cabang-cabang yang tersebar tidak hanya di satu negara, tapi juga tersebar di banyak benua, bahkan di seluruh jagat. Siapa saja yang bekerja pada perusahaan semacam itu akan dikendalikan oleh tata tertib perusahaannya. Dalam kehidupan mereka sehari-hari, para pekerja secara bertahap semakin diwajibkan untuk menjunjung tinggi aturan perusahaan di atas akal sehat dan kemanusiaan. Bahkan sebuah perusahaan pribadi maupun usaha kecil diatur dengan ketat tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukannya. Semua orang selalu diajarkan bahwa aturan-aturan ini dibuat demi kebaikan mereka sendiri, namun mereka tak pernah diberi kesempatan untuk melihat apa jadinya kehidupan ini bila aturan-aturan ini tak ada.

Tidaklah mengherankan bila di negara kafir ditemukan bahwa mereka yang mengendalikan pemerintahan biasanya juga mengendalikan perusahaan-perusahaan besar. Kaum elit penguasa kafir mengendalikan sistem hukum kafir, yang digunakan untuk mengatur semua sub-sistem yang saling berkaitan dalam sistem kafir, yaitu sistem Dajjal, dengan menentukan bentuk usaha apa yang diijinkan, serta tata-tertib apa yang harus ditaati para pekerjanya. Ini berarti bahwa kehidupan di negara kafir itu sangat dilembagakan, dibakukan dan diatur. Kini, pengelompokan masyarakat yang paling umum berpusat pada  pekerjaan. Bentuk organisasinya bagaikan piramida. Cara pengaturannya fir'auni. Ini memungkinkan yang sedikit mengatur dan memperbudak yang banyak, seringkali yang banyak tidak menyadari betapa besar derajat pengendalian yang menimpa mereka. Semua lembaga-lembaga kafir dijalankan demi menengguk untung semata, apakah itu sistem hukumnya, sistem pemerintahannya, sistem industrinya, sistem universitasnya, sistem rumah sakitnya, sistem media massanya, maupun sistem-sistem lainnya.

Semua lembaga-lembaga itu dipersiapkan demi kemujaraban pelaksanaan proses produsen-konsumen: inilah agama yang paling berpengaruh saat ini dan menjerat banyak manusia dengan milyaran aturannya yang dikendalikan oleh hirarki para pakarnya. Semua pihak yang kini menguasai negara-negara kafir yang katanya modern itu senantiasa menyanjung proses produsen-konsumen sebagai jalan hidup yang ideal. Ini sama sekali tidak mengherankan, karena dengan kelangsungan proses produsen-konsumen, merekalah yang paling diuntungkan dan yang paling banyak mendapat ganjaran keuangan.

Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa ketika mendirikan proses produsen-konsumen di tempat yang katanya negara dunia ketiga atau negara sedang berkembang itu, para penjajah selalu mengacaukan cara hidup yang dijalani penduduk asli. Pendekatan dasarnya selalu sama, masyarakat dirayu untuk menghasilkan lebih dari yang mereka butuhkan. Untuk mencapai maksud ini mereka harus dirayu agar bekerja lebih lama, dan kaum wanitanya diyakinkan bahwa mereka akan mencapai emansipasi, bila mereka meninggalkan rumah guna bekerja di pabrik seharian penuh. Agar pekerjaan bisa menjadi suatu tawaran yang menggiurkan, masyarakat dijanjikan uang, namun jumlahnya hanya cukup untuk membuat mereka tergantung pada uang hingga mereka harus terus bekerja untuk mendapatkannya, karena penghasilan mereka tak akan pernah bersisa untuk ditabung. Agar uang kelihatan berharga, masyarakat dirayu untuk menginginkan produk-produk yang tidak pernah mereka butuhkan sebelumnya, bahkan banyak yang sebenarnya tidak diperlukan. Sekali masyarakat berhasil dipancing minatnya, mereka harus mencari uang untuk membelinya, berarti mereka harus bekerja untuk mendapat uangnya. Maka dalam waktu yang sekejap saja, sejumlah besar masyarakat bisa dibujuk untuk menanggalkan cara hidup sebelumnya, guna membuat produk-produk yang mereka telah dipancing meminatinya, demi upah untuk membelinya.

Pola itu lebih diperkuat dengan disusupkannya mekanisme hutang. Semua orang digalakkan untuk menginginkan bahkan membutuhkan uang yang melebihi penghasilannya, sehingga mereka harus  meminjam kekurangannya. Begitu berhutang, maka mereka akan ketagihan dan terjebak. Istilah "ambil sekarang, bayar belakangan", bagi sebagian besar orang biasanya berarti: "sekali anda berhutang, anda akan terus berusaha melunasinya seumur hidup". Memang, perangkap bunga majemuk adalah jerat yang teramat ganas.

Tentu ada saja yang walaupun telah terbujuk untuk menghendaki harta-benda, mereka tidak bisa mendapat pekerjaan atau tidak mau dipusingkan untuk mendapat pekerjaan. Mereka malah memilih kejahatan. Bagi para penguasa kafir, keadaan ini adalah alasan yang ideal untuk menegakkan sistem  hukum mereka, yang melindungi namun sekaligus meningkatkan pengendalian atas para pekerja. Keadaan ini juga menciptakan tambahan lahan kerja, baik bagi mereka yang diperlukan untuk menjalankan sistem hukum kafir -yaitu para birokrat dan para pegawai kantornya- dan juga bagi mereka yang membangun gedung-gedung perkantoran, gedung-gedung pengadilan dan penjara-penjaranya -yang digunakan untuk menangani siapa pun yang tidak mau ikut permainan produsen-konsumen. Tentu saja semua denda-denda yang berhasil dikumpulkan proses peradilan, tidak akan cukup untuk membiayai pendirian semua bangunan dan untuk gaji yang pantas bagi mereka yang bekerja di sana. Dengan demikian harus dipungut pajak-pajak tambahan. Ini pun memerlukan lebih banyak lahan perkantoran dan menciptakan lebih banyak lahan pekerjaan bagi para pemungut pajak. Artinya, semua orang harus kerja keras untuk memelihara daya belinya. Artinya, banyak orang yang akan mencoba menghindari pajak, maka bertambahlah pekerjaan bagi mereka yang berada dalam sistem hukum. Ketika pajak-pajak ditingkatkan dan nilai uang melemah -karena harga-harga dinaikkan agar mendapat pemasukan tambahan tanpa perlu melakukan kerja tambahan- akhirnya kaum pekerja merasa tidak puas. Mereka berusaha untuk menyusun barisan dan mengubah status quo. Akibatnya bertambahlah undang-undang untuk menangkal gerakan-gerakan mereka. Ini berarti tambahan kerja bagi para petugas sistem hukum. Dan dengan demikian dalam waktu  yang sangat singkat proses produsen-konsumen sudah bisa berdiri dengan kokoh. Sedangkan para pekerja terjerat di dalam sistem birokrasi yang teratur namun kacau -sebuah sistem yang mengalihkan perhatian mereka dari Sang Pemberi Nafkah kepada nafkahnya belaka- demi tingkat perekonomian dan keperluan mereka sehari-hari.

Ketika kegiatan produsen-konsumen di suatu negara menjadi semakin kompleks dan beragam, dan ketika manusia menjadi semakin terasing dari dirinya masing-masing dan terpilah-pilah, maka akan datang suatu tahap yang tak terelakkan -sebagaimana yang kini kita lihat terjadi di negara-negara yang katanya tempat asal proses produsen-konsumen: ambruk total.

Ada sebuah ungkapan klise: ada yang bekerja untuk hidup, kini banyak yang hidup untuk bekerja. Walaupun klise, ungkapan ini ada benarnya. Sistem pabrik kafir adalah sistem yang tidak manusiawi dan amat menghina. Sistem itu memperlakukan manusia sebagai bagian yang diperlukan sekaligus bisa dibuang begitu saja dalam proses produsen-konsumen. Peningkatan otomatisasi berarti peningkatan penghambaan manusia kepada mesin yang dijalankannya. Mereka diwajibkan untuk mengikuti lajunya mesin. Pada pabrik yang bekerja dua puluh empat jam per hari, pekerja diatur sedemikian rupa agar mesin tidak sampai berhenti dan mengganggu arus produksi. Kelahiran, pernikahan dan kematian, cenderung dianggap sebagai peristiwa kehidupan yang tidak penting, malahan dianggap berpotensi untuk mengganggu kelancaran proses produksi. Sekecil apa pun rasa aman pada pekerjaan, akan diluluhkan oleh pemberlakuan tawaran kontrak kerja jangka pendek dan ancaman PHK, dan ketakutan ini dijadikan sarana untuk menumbuhkan semangat kerja. Maka satu-satunya cara untuk bisa bertahan hidup di lingkungan semacam ini adalah dengan berlaku seperti robot, atau menjadi robot saja.

Dalam sistem pabrik, sukses diukur dari seberapa besar kekuasaan anda atas orang lain, dari sekecil apa kekuasaan orang lain atas diri anda, juga diukur dari seberapa besar uang yang anda peroleh. Semakin banyak barang yang mampu anda beli, semakin berhasillah anda. Semakin anda bisa mengejewantahkan citra ideal semu yang ditampilkan media massa -dan ada banyak sekali citra ideal yang ditawarkan guna menciptakan pasar yang seluas-luasnya- maka semakin terkenallah anda sebagai seseorang yang sukses dalam permainan produsen-konsumen.

Kini, setelah mengetahui apa yang terjadi di dunia ini, apakah anda akan tetap diam saja, atau keluar dari sistem yang merugikan anda. Putuskan pilihan anda sekarang juga.

Ikutilah nurani anda. Lakukan apa yang bisa. Anda akan tergiring pada apa yang anda cintai. Anda akan ditolak oleh apa yang anda benci. Anda akan melakukan apa yang harus anda lakukan. Jangan mengingkari hati anda. Tak seorang pun bisa mengganti takdir anda. Hanya saat ini yang mengetahui apa jadinya saat ini. Dan mengenai sisa umur anda yang belum tersibak, saat demi saat, jam demi jam, hari demi hari, dan sebagaimana perubahan yang datang dan pergi, satu dengan yang lainnya, masing-masing yang nanti begitu tak terduga, masing-masing yang kini begitu cepat, masing-masing yang lalu begitu tak nyata, maka janganlah lupa, tapi ingatlah, dan bila anda lupa, ingatlah: anda dalam perjalanan.

Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali ke Allah, termasuk anda. Putuskan pilihan anda sekarang juga. Sadarlah. Waktu sudah mendesak. Anda berada dalam perjalanan. Perjalanan itu menuju Allah.


Sumber: Sistem Dajjal dengan editan

Sabtu, 21 April 2012

waiting...


[the truth shall set you free]


Selasa, 27 Maret 2012

stagnasi

menghindar?
percuma saja.
bertahan?
pasti tergerus.
melawan?
takkan pernah menang.
lalu?
masih bertanya, siapa diriku dan apa mauku...

Rabu, 22 Februari 2012

I Guess This Is The Truth

Yeah. The world ain't what it seems, is it? You keep that in mind. The moment you think you got it figured, you're wrong. What you see, what you hear, nothing is what it seems. Use your brain!

Minggu, 01 Januari 2012

mati suri

kau tahu, gelegar dentuman tembakan kembang api yang saling bersahutan di tengah malam ini membuatku merinding. mencekam. aku merasa seperti berada di tengah kondisi perang. bersembunyi di satu sudut rumah agar terhindar dari ledakan bom atau hujaman peluru. jangankan untuk berharap hari esok, untuk bertahan dalam waktu beberapa menit ke depan saja seolah tak ada jaminan. rasa takut yang teramat luar biasa. lirih doa terucap seirama dengan detak jantung di dada. berharap agar situasi tersebut cepat reda.

hey, inikan saat pergantian tahun. kenapa tidak keluar saja dari rumah dan bergabung bersama mereka semua yang sedang bersukacita merayakannya? tidak. aku tak bisa. karena aku adalah aku. aku bukan mereka.


- beberapa menit setelah menjadi tahun 2012 -