Minggu, 22 Mei 2011

getir

aku rasa tak ada manusia yang benar-benar kuat di dunia ini. jika hanya berpura-pura menjadi kuat, mungkin setiap orang mampu melakukannya. kuat yang kumaksud adalah dalam menghadapi kenyataan yang ada. terlebih kenyataan yang pahit. alih-alih mengaku kuat padahal mereka hanya berlari dari kenyataan.

sudah menjadi lumrah jika manusia memiliki keinginan dalam hidupnya. mereka merencanakan sesuatu dan berharap segalanya berjalan lancar. namun apakah ada rencana yang berjalan lancar itu? setiap detil yang direncanakan tidak ada yang meleset? aku berani bertaruh tidak akan pernah ada. karena memang manusia tidak memiliki kemampuan untuk memastikan sesuatu.

kecewa, sedih, marah, sesal, dan tangis adalah bentuk ekspresi yang timbul dikarenakan apa yang direncanakan seseorang tak berjalan sesuai harapannya. namun harus kuakui, manusia adalah aktor hebat di dunia ini. mereka mampu menyembunyikan semua rasa tersebut pada orang lain. mereka mampu tersenyum di depan orang lain, seolah semua kegagalan dalam hidupnya tak pernah terjadi.

ada satu cara untuk mengetahui bagaimana perasaan sebenarnya dari seseorang itu. perhatikan jika dia dalam keadaan menyendiri. perhatikan sorot matanya. perhatikan rona wajahnya. dan kau akan mengetahui dalam atau tidaknya kegetiran seseorang itu.

Selasa, 17 Mei 2011

rasa percaya

diakui atau tidak, setiap orang menyimpan rahasia dalam hidupnya. rahasia yang akan ia terus jaga agar tak ada satupun orang yang mengetahuinya. rahasia yang akan membuat ingatannya akan terus terjaga sepanjang hidupnya. sesuatu yang sangat sensitif bagi dirinya.

ada orang yang akan terus menutupi rahasianya, bahkan jika perlu membawa mati bersamanya. namun, ada juga yang mau membagikannya kepada seseorang yang dia percaya mampu untuk menyimpannya. jenis yang kedua ini yang menurutku satu berbanding sejuta di dunia ini. karena aku tahu memang tak mudah untuk membagikan rahasia kita pada orang lain. bukan soal rahasianya yang jadi soal, tapi soal memberikan kepercayaan kita kepada orang lain. ya, kepercayaan. sesuatu yang teramat mahal bagiku.

alasanku untuk tak mudah percaya pada orang lain adalah karena amatlah sulit menemukan orang yang mampu memberikanku rasa aman dan nyaman. belajar dari pengalaman, orang yang dapat kita percaya adalah orang yang mengerti jalan pikiran kita. orang yang menerima keadaan kita apa adanya. orang yang selalu menawarkan bantuannya sebelum kita memintanya. bukan yang berjalan di depan kita atau di belakang kita, namun yang berjalan sejajar dengan kita.

Sabtu, 14 Mei 2011

pada akhirnya

cukup lama kupandang wajahku sendiri di depan cermin yang tak terlalu besar itu. banyak yang berubah pada paras ini semenjak duapuluh tahun yang lalu. kini ditumbuhi kumis, janggut, dan cambang. dahulu pun rambutku tak seperti ini. kini tak lagi hitam pekat warnanya. ada beberapa helai yang sudah beruban. kulitnya pun sudah mulai mengendur, bahkan kini menjadi kasar permukaannya.

masih memerhatikan perbedaan yang sekarang muncul pada wajah ini, lalu terlintas pertanyaan dalam benakku. hingga seperti apa perubahan yang akan terjadi? masihkah akan terus berubah? bukankah semua yang bernyawa di dunia ini pasti akan tiada?

entah seberapa dekat ajal berjarak denganku saat ini. yang kutahu hanya setiap detiknya ia terus bergerak ke arahku. takkan pernah bisa kuhentikan atau hanya sekedar membuatnya melambat untuk menghampiriku. karena itu telah tertulis dalam suratan takdirku. kapan, di mana, sedang apa, dan karena apa aku akan mati adalah masih misteri. aku hanya berharap jika nanti tiba pada waktunya, aku berkesudahan dalam keadaan baik. amin.

kejujuran

salah satu hal tersulit di dunia ini menurutku adalah berlaku jujur. jujur dalam artian menyeluruh tentunya. tak hanya jujur pada orang lain, namun juga jujur pada diri sendiri. tak hanya memberikan kejujuran, namun juga menerima kejujuran.

diperlukan keberanian dan keikhlasan yang mendalam untuk dapat melakukan kejujuran secara menyeluruh. haruslah kuat dan tenang dalam pembawaannya. konsisten adalah keberhasilannya.

yang kutahu kejujuran itu adalah pahit di awal dan manis di akhir. kejujuran akan bermuara pada kebenaran. sedang kebalikannya, kebohongan itu adalah manis di awal dan pahit di akhir. kebohongan akan bermuara pada kesalahan. pantas saja jika tak banyak yang menyukai kejujuran.

tanggung menurutku jika terus berusaha hanya mau merasakan yang manis-manis saja. karena toh kenyataan ini amatlah terasa pahit bukan? lalu kenapa kita tidak menyukai saja yang pahit-pahit?

Selasa, 10 Mei 2011

pilihan hidup

bekerja. aktivitas keseharian yang tak asing bagi orang pada umumnya. bagi mereka yang bekerja sebagai karyawan, kurang lebih delapan jam dalam sehari wajib mereka abdikan untuk tempat di mana mereka bekerja. berangkat di pagi hari dan pulang di sore hari. namun ada juga yang bekerja di malam hari dikarenakan tempat dia bekerja memang beroperasi duapuluh empat jam dalam sehari.

apa yang mereka harapkan dari bekerja? tentu saja materi sebagai kompensasi atas apa yang telah mereka berikan kepada tempat mereka bekerja. sesuai harapankah apa yang mereka dapatkan dari tempat mereka bekerja? aku yakin jawabannya akan bervariasi. bahagiakah mereka? jawaban pertanyaan yang satu ini yang menurutku agak sulit untuk diberikan secara sederhana berupa satu buah kata saja.

jika dalam sehari ada duapuluh empat jam, lalu seseorang harus bekerja selama delapan jam sebagai karyawan, berarti dia telah memberikan sepertiga hidupnya kepada tempat di mana dia bekerja. jika kompensasi yang diberikan oleh tempat di mana dia bekerja sesuai dengan harapannya tentu tak jadi soal, namun bagaimana jika tidak. dan anehnya, begitu banyak orang yang seolah tak peduli dengan hal tersebut. mereka rela diperlakukan tidak adil. atau mereka memang sadar namun mereka tak punya pilihan lain?

kebutuhan hidup yang harus dipenuhi seseorang adalah alasan utama mereka bekerja. seberapa besarnya, setiap orang akan berbeda-beda. tergantung bagaimana dia menilai arti kebutuhan itu bagi dirinya. penting, sangat penting, atau tidak penting. dan ketiga penilaian tersebut untuk satu jenis barang saja akan sangat beragam dari setiap orang. memilih menilai sesuatu itu penting, sangat penting, atau tidak penting bagi kita tentunya menjadi hak mutlak perorangan. namun standar yang mana yang digunakan menjadi acuan sesuatu itu penting, sangat penting, atau tidak penting bagi kita?

seharusnya kita mampu berpikir jernih dalam menentukan penilaian suatu hal itu memiliki arti apa untuk kita. karena salah menilai, kita sendiri yang akan merugi. pilihan mendasarnya adalah kita yang dikuasai dunia atau kita yang menguasai dunia, itu saja. dua pilihan yang mengandung konsekuensi penting dalam hidup ini. jika memilih kita dikuasai dunia, berarti kita tak punya pilihan untuk berkata tidak untuk semua yang ditawarkan oleh dunia. sedangkan jika kita memilih kita yang menguasai dunia, maka kita memiliki pilihan untuk berkata tidak terhadap semua yang ditawarkan dunia. pilihan kedua memberikan ruang bagi kita untuk bebas memilih. memilih untuk memiliki barang-barang seperti yang banyak iklan tawarkan setiap detiknya membanjiri media massa atau tidak. memilih menggunakan jasa ini dan itu atau tidak. dan bla bla bla bla...

bijak dalam memilih menjadi pilihan hidup kita. salah menentukan prioritas dalam hidup ini berarti kita harus siap dengan konsekuensi logisnya. memprioritaskan ingin hidup bergelimang materi berarti memiliki konsekuensi untuk melakukan apa saja demi keinginannya tersebut terwujud. satu yang kutahu adalah manusia tidak akan pernah puas memburu materi di dunia ini. dan ada satu hal yang hingga kini terus mengusik pikiranku. untuk apa kita mengumpulkan semua materi itu jika pada akhirnya kita akan mati juga?

menghabiskan umur hidup kita dengan mengejar hal yang tidak bermanfaat pada akhirnya adalah perbuatan sia-sia menurutku. bukankah kebahagiaan itu tidak dinilai oleh materi? setidaknya aku masih berpikir seperti itu hingga saat ini.