Selasa, 10 Mei 2011

pilihan hidup

bekerja. aktivitas keseharian yang tak asing bagi orang pada umumnya. bagi mereka yang bekerja sebagai karyawan, kurang lebih delapan jam dalam sehari wajib mereka abdikan untuk tempat di mana mereka bekerja. berangkat di pagi hari dan pulang di sore hari. namun ada juga yang bekerja di malam hari dikarenakan tempat dia bekerja memang beroperasi duapuluh empat jam dalam sehari.

apa yang mereka harapkan dari bekerja? tentu saja materi sebagai kompensasi atas apa yang telah mereka berikan kepada tempat mereka bekerja. sesuai harapankah apa yang mereka dapatkan dari tempat mereka bekerja? aku yakin jawabannya akan bervariasi. bahagiakah mereka? jawaban pertanyaan yang satu ini yang menurutku agak sulit untuk diberikan secara sederhana berupa satu buah kata saja.

jika dalam sehari ada duapuluh empat jam, lalu seseorang harus bekerja selama delapan jam sebagai karyawan, berarti dia telah memberikan sepertiga hidupnya kepada tempat di mana dia bekerja. jika kompensasi yang diberikan oleh tempat di mana dia bekerja sesuai dengan harapannya tentu tak jadi soal, namun bagaimana jika tidak. dan anehnya, begitu banyak orang yang seolah tak peduli dengan hal tersebut. mereka rela diperlakukan tidak adil. atau mereka memang sadar namun mereka tak punya pilihan lain?

kebutuhan hidup yang harus dipenuhi seseorang adalah alasan utama mereka bekerja. seberapa besarnya, setiap orang akan berbeda-beda. tergantung bagaimana dia menilai arti kebutuhan itu bagi dirinya. penting, sangat penting, atau tidak penting. dan ketiga penilaian tersebut untuk satu jenis barang saja akan sangat beragam dari setiap orang. memilih menilai sesuatu itu penting, sangat penting, atau tidak penting bagi kita tentunya menjadi hak mutlak perorangan. namun standar yang mana yang digunakan menjadi acuan sesuatu itu penting, sangat penting, atau tidak penting bagi kita?

seharusnya kita mampu berpikir jernih dalam menentukan penilaian suatu hal itu memiliki arti apa untuk kita. karena salah menilai, kita sendiri yang akan merugi. pilihan mendasarnya adalah kita yang dikuasai dunia atau kita yang menguasai dunia, itu saja. dua pilihan yang mengandung konsekuensi penting dalam hidup ini. jika memilih kita dikuasai dunia, berarti kita tak punya pilihan untuk berkata tidak untuk semua yang ditawarkan oleh dunia. sedangkan jika kita memilih kita yang menguasai dunia, maka kita memiliki pilihan untuk berkata tidak terhadap semua yang ditawarkan dunia. pilihan kedua memberikan ruang bagi kita untuk bebas memilih. memilih untuk memiliki barang-barang seperti yang banyak iklan tawarkan setiap detiknya membanjiri media massa atau tidak. memilih menggunakan jasa ini dan itu atau tidak. dan bla bla bla bla...

bijak dalam memilih menjadi pilihan hidup kita. salah menentukan prioritas dalam hidup ini berarti kita harus siap dengan konsekuensi logisnya. memprioritaskan ingin hidup bergelimang materi berarti memiliki konsekuensi untuk melakukan apa saja demi keinginannya tersebut terwujud. satu yang kutahu adalah manusia tidak akan pernah puas memburu materi di dunia ini. dan ada satu hal yang hingga kini terus mengusik pikiranku. untuk apa kita mengumpulkan semua materi itu jika pada akhirnya kita akan mati juga?

menghabiskan umur hidup kita dengan mengejar hal yang tidak bermanfaat pada akhirnya adalah perbuatan sia-sia menurutku. bukankah kebahagiaan itu tidak dinilai oleh materi? setidaknya aku masih berpikir seperti itu hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar