Sabtu, 22 Januari 2011

"April Mop!" Dan Dibantailah Ribuan Muslim Spanyol

Suka nonton Sponge Bob Squarepants? Jika ya, maka pasti deh kamu ingat betul salah satu seri filmnya di mana Sponge Bob berteriak, "April Mooop!" sehabis ngerjain teman-temannya seperti Patrick, Squidworld, dan lainnya. Bukan hanya Sponge Bob yang tertawa gembira setelah berteriak April Mop, semua orang di seluruh pojok dunia juga demikian.

Apaan sih April Mop? Biasanya orang akan menjawab bahwa April Mop, yang hanya berlaku pada tanggal 1 April, adalah hari di mana kita boleh dan sah-sah saja menipu teman, ngerjain guru, ngusilin orangtua, bohongin adik atau kakak, atau sejenisnya di mana sang target nggak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya, sang target jika sudah sadar kena April Mop maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan.

Beberapa tahun terakhir, budaya April Mop ini sepertinya semakin akrab dengan kehidupan masyarakat kita, terutama remaja dan kawula muda yang hidup di daerah perkotaan. Jauh-jauh hari menjelang tanggal 1 April, mereka biasanya sudah sibuk mencari-cari keisengan apa yang akan dilakukan dan siapa orang yang akan dijadikan targetnya. Bahkan tak jarang, modus keisengan yang akan dilancarkan dibahas dulu bersama teman satu kelompoknya. Gilanya, banyak yang merancang keisengan ini dengan keseriusan yang sungguh-sungguh. Seakan 1 April adalah hari di mana keisengan harus berjalan dengan begitu sempurna dan akurat, zero tolerance bagi kesalahan. Jika berhasil ngisengin sang target, maka yang didapat adalah rasa puas yang plong banget.

Jika sekarang kebanyakan hanya dilakukan oleh kawula muda kota-kota besar, maka bukan mustahil ke depan juga akan dilakukan oleh remaja-remaja yang hidup di kampung dan dusun. Apalagi masyarakat kita terkenal sebagai masyarakat latah, yang mudah sekali meniru semua kebudayaan yang berbau Barat.

Ironisnya, itu dilakukan tanpa dengan mengritisinya terlebih dahulu, apakah budaya itu baik atau tidak, bermanfaat atau malah sebaliknya. Jujur saja, banyak dari kita yang masih menyimpan rasa rendah diri terhadap orang-orang bule. Sesuatu yang memang pernah dilakukan penjajah Belanda dalam tempo berabad-abad lamanya, yang menanamkan perasaan rendah diri orang Indonesia, inlandeer, terhadap superioritas bangsa kulit putih.

Sebab itu, April Mop dipercaya akan cepat akrab di masyarakat kita dalam tahun-tahun ke depan. Untuk itu ada baiknya kita memahami dengan benar, apa sih yang sesungguhnya dimaksud dengan April Mop yang di Barat sana lebih dikenal sebagai "The April's Fool Day"? Apa sih latar belakangnya sehingga dirayakan oleh dunia Barat sejak dulu?

SEJARAH APRIL MOP

Perayaan April Mop yang selalu diakhiri dengan kegembiraan dan kepuasan itu sesungguhnya berawal dari satu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan. April Mop atau The April's Fool Day berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 atau bertepatan dengan 892 H. Sebelum sampai pada tragedi tersebut, ada baiknya menengok sejarah Spanyol terlebih dahulu ketika masih di bawah kekuasaan Islam.

Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah bisa dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walau sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Got dan Navaro di daerah sebelah barat yang berupa pegunungan.

Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam begitu baik dan rendah hati, maka banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh memraktekkan kehidupan secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur'an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Dikirimlah sejumlah mata-mata untuk memelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang membaca Al-Qur'an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis.

Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.

Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. "Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!" demikian bujuk tentara Salib.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.

Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya jalan beriringan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak memercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya. Setelah ribuan umat Islam Granada berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.

Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.

Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April's Fool Day).

Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat Kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itu, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.

Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudara seimannya disembelih dan dibantai oleh tentara Salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas jika ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Sebab dengan ikut merayakan April Mop, sesungguhnya mereka ikut bergembira dan tertawa atas tragedi tersebut. Siapa pun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, beberapa abad silam.

Wahai saudaraku sesama Muslim, sampai hatikah Anda semua merayakan April Mop sekarang ini, setelah mengetahui apa sebenarnya yang melatarbelakangi perayaan yang diadakan dunia Barat tiap 1 April itu? Allah SWT akan menjadi saksi bagi kita semua.


Sumber: Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen, So What? dengan editan

Jumat, 21 Januari 2011

Hari Valentine, "Kenapa Sih Diributin?"

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. al Isra': 36)

Tidak ada di dunia ini kematian seseorang diperingati dengan begitu massal dan masif seperti halnya kematian Santo Valentine yang diyakini terjadi pada tanggal 14 Februari. Hari kematiannya kemudian diperingati sebagai Hari Valentine, suatu hari di mana orang-orang menyatakan rasa cinta atau kasih sayang kepada orang-orang yang diinginkannya.

Di hari itu ada yang menyatakan perasaan kasih sayangnya kepada teman, guru, orangtua, kakak atau adik, dan yang paling banyak ditemui adalah mereka yang menyatakan cintanya kepada pasangan atau kekasihnya masing-masing. Di hari itu, para lelaki atau perempuan yang ingin menyatakan cintanya mengirimkan kartu atau hadiah kepada orang yang dituju dengan kalimat, "Be My Valentine", Jadilah Valentine Ku. Mungkin dalam benak banyak orang, kalimat ini sama artinya dengan ucapan, "Jadilah kekasihku." Benarkah demikian?

Jika memang begitu adanya, mengapa Hari Valentine begitu mengundang kontroversi dan polemik. Bukan saja di negeri-negeri Muslim, tapi juga di negeri-negeri yang bukan Muslim. Bahkan, sejumlah pemuka agama Kristen sendiri ada yang menyerukan umatnya agar tidak ikut-ikutan merayakan Valentine Day. Hal ini tentu tidak datang dengan sendirinya. Ada sesuatu di balik Hari Valentine yang membuat banyak orang cemas dan mengharapkan budaya ini tidak menjadi budaya dunia.

BOLEH APA SAJA DI CHRISTENDOM

Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan Amerika.

Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun, sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan Inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.

Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828-1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Howland mendapat ilham untuk memroduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini. Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.

Sejak Howland memroduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, sejak itu produksi kartu dibuat secara massal di seluruh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy Happy New Year), dimana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu Valentine.

Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai memromosikan Hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.

Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada Hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat 'dating' yang sering diakhiri dengan tidur bareng ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day.

Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.

SEJARAH VALENTINE DAY

Ribuan literatur yang berupaya menggali sejarah awal Hari Valentine masih berbeda pendapat. Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.

Menurut pandangan tradisi Romawi kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di zaman Romawi kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kuit kambing. Para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.

Setelah itu mereka minum anggur dan akan berlarian di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit kambing dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara penyucian di masa Romawi kuno berlangsung antara tanggal 13-15 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya keluar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.

Keesokan harinya, tanggal 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercus dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuan itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena mengganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama paus atau pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine's Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.

Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya "St. Valentine" termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Claudius II memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.

Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis. Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.

Lantas, bagaimana dengan ucapan "Be My Valentine" yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata "Valentine" berasal dari bahasa latin yang memiliki persamaan dengan arti: "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa". Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.

Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi "To be my Valentine", maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger karena meminta seseorang menjadi "Sang Maha Kuasa" dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.

Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod "the hunter" Dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!

Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik. Menurut Gereja Katolik, nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastor di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas. Bahkan, Paus Gelasius II pada tahun 496 M menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini. Walau demikian, Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.

Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada Hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau legenda. Walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.

VALENTINE DI ABAD PERTENGAHAN

Catatan pertama yang menghubungkan hari kematian Santo Valentinus dengan cinta romantis ada pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis. Warga di kedua negara tersebut memercayai pada tanggal 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Pada zaman itu, bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka dengan sebutan "My Valentine". Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14, konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London, menunjukkan hal ini. Kemungkinan besar masih teramat banyak legenda dan mitos mengenai Santo Valentinus diciptakan pada zaman ini. Beberapa diantaranya bercerita bahwa: "Sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir, ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".

Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi oleh Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.

Kalaupun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang percetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu. Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.

"Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut," demikian bunyi hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah juga berkata, "Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah SWT."

Allah SWT sendiri di dalam Al-Qur'an surah al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."


Sumber: Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen, So What? dengan editan

Minggu, 16 Januari 2011

Prestasi Kristen Liberal: Gay Jadi Uskup

Beberapa tahun belakangan ini, media massa internasional banyak menyorot berita pelantikan Gene Robinson (seorang gay) menjadi uskup di Keuskupan New Hampshire AS, pada hari Minggu, 2 November 2003 lalu.

Peristiwa ini adalah yang pertama dalam sejarah Kristen, yang kali ini terjadi di lingkungan Gereja Anglikan. Oleh Uskup Besar (Archbishop) Canterbury, Reverend Rowan William, dikatakan, pelantikan Robinson itu akan membawa konsekuensi yang serius bagi keutuhan komunitas Gereja Anglikan.

Menyusul terpilihnya Robinson, melalui satu pemungutan suara, William sudah meramalkan akan terjadinya masa-masa sulit bagi Gereja Anglikan, yang memiliki pemeluk sekitar 70 juta orang di 160 negara. Bahkan, ada yang memperkirakan akan terjadinya "perpecahan besar" di lingkungan gereja, gara-gara kasus Robinson.

Tentu saja pelantikan ini memancing pro-kontra secara luas. Namun, Robinson menyatakan, gerejanya akan menjadi semakin kuat, dengan adanya kehebohan itu.

Posisi yang ditempati Robinson merupakan jabatan tertinggi yang pernah dicapai oleh seorang gay di lingkungan Gereja. Usai pelantikannya, dengan diiringi tangis keharuan, Robinson menyatakan, bahwa ia merasakan mendapatkan kehormatan yang amat sangat. "You cannot imagine what an honor it is for you to have called me," kata Robinson. Namun, ia mengakui, banyak orang di lingkungan gereja yang "sangat terluka" dengan promosinya.

Sejumlah media internasional menggunakan istilah yang menarik untuk menggambarkan pro-kontra terhadap pengangkatan Robinson ini, dengan menyebutkan, bahwa yang marah terhadap Robinson adalah "kalangan konservatif" di lingkungan gereja (church conservatives), yang percaya bahwa praktik gay dan lesbian bertentangan dengan ajaran Kristen. Kantor berita AFP menulis, bahwa "Conservatives Anglicans" di berbagai dunia takut bahwa sayap liberal (liberal wing) dari gereja ini akan lebih maju lagi mempromosikan perkawinan homoseksual. Jadi, yang menentang Robinson dicap sebagai "konservatif" dan yang mendukungnya diberi label "liberal".

Yang menarik, meskipun mendapatkan kecaman dari berbagai penjuru dunia, pelantikan Robinson sendiri berjalan mulus. Para pastor yang hadir dalam acara pelantikan Robinson di arena hoki University of New Hampshire, antri untuk memberikan ucapan selamat kepada Robinson. CNN melaporkan, hanya sedikit orang saja yang berdemonstrasi di luar arena, menentang pelantikan Robinson. Mantan Uskup New Hampshire, Reverend Douglas Theuner, yang hadir dalam pelantikan itu, berpidato memberikan dukungan terhadap Robinson, dengan menyatakan: "You are no more or less a child of God like everyone else." Dari ratusan pastor yang hadir, hanya tiga orang yang maju ke depan, dan menentang penobatan Robinson. Seorang menyatakan, bahwa pelantikan Robinson merupakan "kesalahan yang mengerikan" (terrible mistake).

Robinson (56 tahun), memang dikenal sebagai pelaku homoseksual yang terang-terangan. Ia telah hidup bersama dengan pasangan homoseks-nya bernama Mark Andrew, selama 14 tahun. Bisa dibayangkan, selama ia menjadi tokoh gereja pun, sebenarnya publik telah mengetahui perilakunya. Dalam acara penobatannya sebagai uskup, Mark Andrew-lah yang menyerahkan topi keuskupan (bishop's miter) kepada Robinson. Di akhir upacara penobatannya, Gene Robinson menatap publik, dan bersama-sama mereka menyanyikan lagu "Hallelujah".

Dalam UU Kegerejaan di AS, pemilihan uskup dilakukan oleh masyarakat dan pemuka gereja, yang kemudian dikukuhkan melalui konvensi nasional dan selanjutnya melalui satu penobatan (konsekrasi). Keuskupan Gereja di AS, melakukan Konvensi Umum di Minneapolis, dan mengokohkan terpilihnya Robinson sebagai Uskup New Hampshire pada Agustus 2003.

Terpilihnya Gene Robinson sebagai tokoh penting dalam Gereja bisa dikatakan sebagai satu puncak kesuksesan gerakan liberalisasi di dunia Kristen. Mereka berhasil menjungkirbalikkan satu ketentuan yang sangat tegas di dalam Bible, yang mengutuk perbuatan homoseksual.

Dalam Kitab Imamat 20:13 disebutkan: "Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri."

Dalam sejumlah versi Bible, juga dijelaskan, bahwa hukuman buat pelaku homoseksual adalah hukuman mati. The Living Bible menulis Leviticus, 20:13: "The penalty for homosexual acts is death to both parties. They have brought it upon themselves."

Sedangkan dalam King James Version ayat ini ditulis: "If a man also lie with mankind, as he lieth with a woman, both of them have committed an abomination: they shall surely be put to death; their blood shall be upon them."

Namun, seperti diketahui, arus liberalisasi di dunia Kristen begitu kuat berlangsung. Jika selama ini, baru masyarakat dan negara Belanda yang mengesahkan perkawinan homoseksual, maka kasus Gene Robinson akan memberikan dampak lebih hebat lagi, karena perbuatan yang salah itu telah mendapatkan justifikasi keagamaan. Arus liberalisasi gereja ini sudah cukup lama menerjang. Termasuk, diantaranya, agar gereja mulai menerima praktik-praktik homoseksualitas.

Beberapa tahun lalu, Eric James, seorang pejabat gereja Inggris, dalam bukunya berjudul "Homosexuality and a Pastoral Church" mengimbau agar gereja memberikan toleransi pada kehidupan homoseksual dan mengijinkan perkawinan homoseksual antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita.

Sebenarnya, jika dilihat dari sejarah Gereja Anglikan sendiri, kasus-kasus seksual semacam ini tidaklah terlalu aneh. Gereja Anglikan terbentuk sebagai bagian dari gerakan reformasi di tubuh Gereja Katolik, khususnya yang terjadi di Inggris. Kasusnya juga bermula dari urusan seksual. Gara-gara Paus tidak merestui perceraiannya dengan istrinya, Catharine of Aragon, -dan keinginannya untuk mengawini Anne Boleyn- Raja Henry VIII (1491-1547), nekad membuat keputusan sendiri, dan memisahkan Gereja Inggris dari Kepausan Katolik Roma. Henry VIII menerapkan kebijakan keras terhadap setiap penentangnya.

Thomas More, salah seorang penasehat kerajaan, termasuk yang dipenggal kepalanya, karena menentang sikap Henry VIII. Kasus Henry VIII ini selanjutnya menyebabkan konflik berdarah yang sangat mengerikan antara Protestan dan Katolik dalam perebutan tahta kerajaan Inggris.

Kesuksesan Elizabeth I (memerintah 1558-1603) dalam memimpin Inggris, akhirnya turut mengokohkan eksistensi Gereja Inggris yang selanjutnya dikenal sebagai Gereja Anglikan (Anglicanism). Sebuah film berjudul "Elizabeth" memberikan gambaran bagaimana konflik berdarah yang sangat mengerikan terjadi antara Katolik dan Protestan dalam sejarah perebutan tahta Inggris.

Encyclopaedia of Religion menulis, bahwa salah satu karakteristik Anglicanism adalah usahanya untuk memegang elemen-elemen Katolik dan Protestan dalam satu jalan tengah. Tahun 1960-an, mulai dilakukan upaya-upaya serius untuk menyatukan kembali antara Gereja Anglikan dengan Katolik Roma. Ketika Paus Johanes Paulus II berkunjung ke Inggris, tahun 1982, ia dan Uskup Agung Canterbury, Runcie, menandatangani satu "Common Declaration" untuk pembentukan satu komisi yang bertugas mempelajari isu-isu teologis, masalah pastoral, dan langkah-langkah praktis menuju tahap berikutnya ke arah penyatuan kembali Anglikan dan Katolik Roma. Namun, hingga kini, hal itu belum terwujud.

Soal homoseksual juga bukan hal baru dalam sejarah Gereja. Dunia Kristen kini mengenal satu Bible versi King James, atau King James Version. Bible versi ini sangat terkenal. King James yang dimaksud di sini adalah Raja Inggris yang dikenal dengan nama Stuart King James VI of Scotland, dan menjadi King James I of England. Ia memerintah tahun 1603, menggantikan Elizabeth I, dan meninggal tahun 1625.

Ia tampaknya seorang Raja yang kontroversial. Pada satu sisi, atas jasanya memelopori penulisan Bible "King James Version", ia sangat dihormati. Dalam pembukaan Bible King James Version, terdapat ungkapan pujian khusus untuk King James ini: "To the Most High and Might Prince, JAMES, By the Grace of God, King of Great Britain, France, and Ireland, Defender of faith, Etc." Jadi, King James mendapatkan julukan yang sangat mulia, yaitu sebagai "Defender of Faith", "Sang Pembela Agama".

Sejarawan Barat, seperti Philip J. Adler, menyebutnya sebagai seorang yang arogan dan pelaku homoseks yang terang-terangan (blatant homosexual). Namun, buku "Who's Who in Christianity", (1998), sama sekali tidak menyinggung soal perilaku homoseksual King James ini. Henry ke VIII pun sebelum "berantem" dengan Paus, mendapat gelar dari Paus sebagai "Defender of Faith", setelah Henry VIII menulis satu pamflet yang menentang ajaran Martin Luther.

Persoalan seksual dan kekerasan sebenarnya begitu banyak mendapatkan perhatian dalam Bible. Bahkan, tokoh Lot (Luth), yang digambarkan sebagai tokoh penentang praktik homoseksual, juga digambarkan berzina dengan anak perempuannya sendiri.

Kitab Kejadian 19:30-38 dalam Perjanjian Lama, menceritakan kisah perzinahan Lot dengan kedua anak perempuannya sendiri dan akhirnya melahirkan anak dari kedua anaknya itu. Dari anak yang lebih tua lahir cucu yang diberi nama Moab, dan dari anak yang lebih muda, lahir cucu Lot yang diberi nama Ben-Ami: (30) Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diambillah ia dalam suatu goa beserta kedua anaknya. (31) Kata kakaknya kepada adiknya: "Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. (32) Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita." (33) Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dan ketika ia bangun. (34) Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: "Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita." (35) Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. (36) Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. (37) Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa Moab yang ada sekarang. (38) Yang lebih muda pun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.

Pengggambaran Bible tentang Lot itu sangat berbeda dengan konsep Al-Qur'an yang menggambarkan sosok Luth sebagai nabi utusan Allah yang saleh. Al-Qur'an menegaskan: "Sesungguhnya Luth benar-benar seorang Rasul." (QS. as-Shaffat: 133). Dalam konsep Islam, seorang rasul, seperti Luth as. pasti memiliki sifat ma'shum, terjaga dari dosa.

Kisah Gene Robinson, seorang gay yang menduduki jabatan tinggi dalam hirarki gereja, perlu menjadi perhatian serius bagi kalangan Muslim yang aktif melakukan gerakan liberalisasi di kalangan Muslim.

Dalam kadar yang sedikit lebih rendah, hal seperti itu sebenarnya sudah terjadi. Kalangan liberal yang berusaha membongkar sendi-sendi penting dalam ajaran Islam, diberikan posisi-posisi penting dalam lembaga keagamaan dan mendapatkan dukungan luas oleh media massa. Para pengritiknya dicap sebagai kaum konservatif, golongan tua, dan sebagainya. Kasus tarian erotis Inul yang mendapat dukungan sebagian orang bergelar kyai, bisa dilihat sebagai contoh.

Berpikir tidak dilarang. Tetapi, penyebaran pemikiran yang salah ke tengah masyarakat tentu ada batasan-batasannya. Negara-negara liberal sendiri melarang, misalnya, penyebaran paham rasialisme. Kasus Gene Robinson kembali membuktikan, kaum agamawan Kristen, kelabakan menghadapi arus liberalisasi di dalam tubuh gereja. Hal yang sama kini juga melanda kalangan Yahudi. Di Israel, kelompok gay dan lesbian berkumpul dalam satu organisasi yang kuat dikenal sebagai "Agudah". Kelompok ini sangat berpengaruh dalam politik Israel, sehingga banyak partai politik meminta dukungan dari kelompok ini. Dulu yang mendukung Agudah hanya Partai "kiri" Meretz. Tetapi, kini tokoh-tokoh Likud yang konservatif pun ikut mendukungnya.

Bagaimana dengan Islam? Kita tunggu, apakah akan ada kyai yang menyerukan dukungan buat praktik homoseksualitas.


Sumber: Kumpulan Catatan Akhir Pekan Dr. Adian Husaini dengan editan

Jumat, 14 Januari 2011

RUU KUHP Beraroma Yahudi-Kristen

Sejumlah media banyak meributkan sejumlah pasal kontroversial, khususnya pasal-pasal perzinahan dan kumpul kebo dalam Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) hanya karena dianggap berbau "Islam". Faktanya justru berbau "Kristen dan Yahudi".

Berikut ini sejumlah contoh pasal RUU KUHP tentang perzinahan yang dihebohkan: (1) Pasal 419 berbunyi: Dipidana karena permukahan, dengan pidana penjara lima tahun: (a) Laki-laki yang berada dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan yang bukan istrinya. (b) Perempuan yang berada dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan laki-laki yang bukan suaminya. (c) Laki-laki yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan, padahal diketahui bahwa perempuan tersebut berada dalam ikatan perkawinan, atau perempuan yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan laki-laki, padahal diketahui laki-laki tersebut berada dalam ikatan perkawinan.

Pasal 420 RUU KUHP menyatakan: "Laki-laki dan perempuan yang masing-masing tidak terikat perkawinan yang sah melakukan persetubuhan, dan karenanya mengganggu perasaan kesusilaan masyarakat setempat, dipidana dengan penjara paling lama satu tahun atau denda dalam kategori II (Rp 750 ribu).

Kumpul kebo pun diancam hukuman pidana. ini diatur dalam pasal 422: "Seorang yang melakukan hidup bersama sebagai suami istri di luar perkawinan yang sah karenanya mengganggu perasaan kesusilaan masyarakat setempat dipidana penjara dua tahun. Tidak dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan keluarga salah seorang sampai derajat ketiga, kepala adat atau oleh kepala desa atau lurah setempat."

Hubungan seks sejenis (homoseksual atau lesbian) pun tak luput dari sanksi pidana, seperti diatur pasal 427: "Setiap orang yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain yang sama jenis kelaminnya yang diketahui atau patut diduga belum berumur 18 tahun dipidana paling singkat satu tahun penjara dan paling lama tujuh tahun."

Banyak sekali pendapat yang sudah terungkap melalui media massa, baik yang pro terhadap pasal-pasal semacam itu, maupun yang kontra. Tampaknya, kaum Muslim yang menginginkan tegaknya syariah Islam, cenderung setuju dengan pendefinisian zina sebagai delik pidana tanpa aduan. Sedangkan sejumlah respon yang menolak muncul dari kalangan Kristen, yang menyebut atau disebut aktivis HAM, atau pun kalangan Muslim sekular. Yang jelas, seperti ditulis suatu media, RUU KUHP ini dianggap "beraroma Islam".

Dalam catatan kali ini, kita tidak akan mendiskusikan seputar pro-kontra masalah ini. Tetapi, kita akan menganalisis sebutan media itu, bahwa pasal-pasal zina adalah "beraroma Islam". Benarkah demikian?

Memang, dalam hukum Islam, persoalan zina sudah begitu gamblang. Hukuman bagi pezina yang telah memenuhi syarat -seperti adanya empat saksi yang melihat langsung "dengan mata kepala sendiri" proses perzinahan itu- pun jelas. Bagi pezina muhshan, maka ia dihukum mati dengan cara rajam. Pezina ghairu muhshan, dicambuk 100 kali.

Allah SWT berfirman: "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah (fajlidu) tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, dan jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman". [QS. an-Nur: 2]

Hukuman dera seratus kali dalam ayat tersebut di atas diperuntukkan lelaki atau perempuan yang belum menikah, dan menurut jumhur ulama ditambah pengasingan (taghrib) satu tahun bila itu dipandang perlu, namun bila tidak, maka tidak dilakukan. (Tafsir Ibnu Katsir, [1401 H] vol. I, hal. 261)

Hukuman rajam, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan dalam surat An-Nur tersebut, tetapi para ulama telah bersepakat tentang hukuman rajam bagi pezina yang telah menikah, sebagaimana yang ditegakkan Rasulullah atas Ma'iz Al-Aslami dan Al-Ghamidiyah. Tidak ada yang menolak kesepakatan (ijma') ini kecuali golongan Al-Khawarij. Pendapat para ulama itu diperkuat oleh Abu Hanifah, Malik, dan Syafi'i bahwa mereka menetapkan hukuman rajam bagi pezina muhshan tanpa didahului oleh hukum cambuk. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat bahwa sebelum dijalankan hukuman rajam, pezina muhshan harus dicambuk dulu. Pendapat beliau ini merujuk kepada riwayat Khalifah Ali bin Abi Thalib yang menghukum dera seorang wanita (Syarahah) pada hari Kamis dan dirajam pada hari Jum'at. Kemudian beliau berkata, "Saya menderanya dengan hukum kitabullah sedangkan saya merajamnya dengan sunnaturrasul." (Ibnu katsir, Jilid III, hal. 262)

Meninjau secara singkat ketentuan Islam tentang zina tersebut, maka wajar ada yang menyebut bahwa pasal-pasal zina dalam RUU KUHP itu adalah "beraroma Islam". Karena Islam memang begitu tegas menekankan, zina adalah kejahatan besar. Bahkan, lebih besar dari pencurian atau korupsi. Tetapi apakah benar pasal-pasal zina dalam RUU KUHP kali ini beraroma Islam?

Untuk menjawab hal ini, ada baiknya kita telaah pasal-pasal perzinahan dalam Bible. Istilah Bible bagi kaum Kristen, menunjuk kepada Perjanjian Lama (Old Testament) dan Perjanjian Baru (New Testament). Sedangkan bagi Yahudi, Bible yang dimaksud adalah "Perjanjian Lama", meskipun Yahudi tidak mau menyebutnya sebagai "The Old Testament" tetapi menyebutnya sebagai "Hebrew Bible" atau "Bible" saja. Yahudi tidak mengakui New Testament.

Dalam konsep Bible, perbuatan zina dipandang sebagai kejahatan yang sangat berat -bahkan lebih berat dari konsep hukum Islam. Hukuman bagi pezina adalah hukuman mati, dengan cara dilempari batu sampai mati. Beberapa jenis perzinahan diantaranya malah dihukum dengan dibakar hidup-hidup. Dalam Kitab Ulangan 22:20-22, disebutkan: (Teks-teks di sini diambil dari Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia tahun 2000). "(20) Tetapi jika tuduhan itu benar dan tidak didapati tanda-tanda keperawanan pada si gadis, (21) maka haruslah si gadis dibawa keluar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari dia dengan batu, sehingga mati -sebab dia telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (22) Apabila seorang kedapatan tidur dengan seorang perempuan yang bersuami, maka haruslah keduanya dibunuh mati: laki-laki yang telah tidur dengan perempuan itu dan perempuan itu juga. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel."

Kitab Imamat (Leviticus) 20:8-15 juga menjelaskan, bahwa berbagai bentuk dan jenis perbuatan zina, semuanya wajib dihukum mati. Bahkan, pezina dengan binatang pun, harus dihukum mati, termasuk binatangnya harus dibunuh juga. "(8) Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah Tuhan yang menguduskan kamu. (9) Apabila ada seseorang yang mengutuki ayah dan ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri. (10) Bila seorang laki-laki berzinah dengan istri orang lain, yakni berzinah dengan istri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu. (11) Bila seorang laki-laki tidur dengan seorang istri ayahnya, pastilah keduanya dihukum mati, dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. (12) Bila seorang laki-laki tidur dengan menantunya perempuan, pastilah keduanya dihukum mati; mereka telah melakukan suatu perbuatan keji, maka darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. (13) Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. (14) Bila seorang laki-laki mengambil seorang perempuan dan ibunya, itu suatu perbuatan mesum; ia dan kedua perempuan itu harus dibakar, supaya jangan ada perbuatan mesum di tengah-tengah kamu. (15) Bila seorang laki-laki berkelamin dengan seekor binatang, pastilah ia dihukum mati, dan binatang itupun harus kamu bunuh juga."

Encyclopedia Talmudica menjelaskan tentang hukuman mati bagi pezina: "For it says, "And the man who commits adultery and the adulteress shall be put to death." (Lev. 20:10)... This is so in the case of married woman. If, however, she is a bethrothed maiden and virgin, they are both punishable by stoning. If the married woman is a priest's daughter she is punishable by burning and he by strangulation." Leviticus 18:20 (versi Encyclopedia Talmudica) menyebutkan: "Do not have sexual relations causing an emission of semen with the wife of your fellow, to defile yourself with her." Alkitab versi Lembaga Alkitab Indonesia tahun 2000, menulis ayat ini: "Dan janganlah engkau bersetubuh dengan istri sesamamu, sehingga engkau menjadi najis dengan dia." Sedangkan versi King James Versions menulis teks ayat ini: "Moreover thou shalt not lie carnally with thy neighbour's wife, to defile thyself with her." Dalam Ten Commandents juga ditegaskan: "You shall not commit adultery." (Ex.20:14). (Lihat, Encyclopedia Talmudica, (Jerusalem, Talmudic Encyclopedia Pbl. Ltd., 19780, Vol. III, hal. 202-204).

Mencermati pasal-pasal tentang zina dalam Bible tersebut, seharusnya para media juga menulis, bahwa pasal-pasal perzinahan dalam RUU KUHP yang sekarang ini "beraroma Yahudi-Kristen". Kita memang heran, mengapa pasal-pasal zina dalam RUU KUHP hanya disebutkan "beraroma Islam", sehingga dihantam habis-habisan. Dan mengapa banyak kalangan Kristen yang menolaknya? Mengapa?

Jika dicermati lebih jauh, persoalan seksual, perzinahan, perselingkuhan, memang banyak menjadi pembahasan dalam Bible. Dalam bukunya yang berjudul, "Christianity", terbitan Hodder Headline Ltd., London, 2003, hal. 75, John Young menempatkan satu subjudul: "Why so much sex and violence?" Ia menulis sebagai pembelaan terhadap Bible: "The Bible takes the form of a history, not a treatise. This is why it contains so much sex and violence, for all real history does! We learn from this that God is concerned with the world as it really is. The ancient world was certainly very violent."

Memang, meskipun hukum zina begitu keras dalam Bible, tetapi pada saat yang sama, banyak sekali kisah-kisah para tokoh Bible yang melakukan praktik perzinahan. Dan para tokoh itu tidak dihukum sesuai dengan konsep Bible. Misalnya, perzinahan antara David dengan Batsheba. Dalam Bible juga disebutkan setelah David menzinahi Batsheba, maka kemudian ia juga menjebak suaminya agar terbunuh di medan perang. Kisah ini diceritakan dalam Kitab 2 Samuel 11:2-5 dilanjutkan ayat 13-17. Lalu, Kitab Kejadian 19:30-38 menceritakan kisah perzinahan Lot dengan kedua anak perempuannya sendiri dan akhirnya melahirkan anak dari kedua anaknya itu. Dari anak yang lebih tua lahir anak yang diberi nama Moab, dan dari anak yang lebih muda, lahir cucu Lot yang diberi nama Ben-Ami.

Kasus perzinahan lain terjadi pada tokoh penting dalam Bible, yaitu kasus yang terjadi pada Judah (Yehuda). Yehuda adalah anak Yakub dari Lea. Kitab Kejadian 35:22b-26 menceritakan ke-12 anak Yakub. Yaitu, dari istrinya, Lea, lahir Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, dan Zevulon. Dari istrinya, Rahel, lahir Yusuf dan Benyamin. Dari istrinya, Bilha, lahir anak bernama Dan dan Naftali; dan dari istri bernama Zilpa lahir anak bernama Gad dan Asyer. Kitab Kejadian 38:15-18 menceritakan perzinahan Yehuda dengan Tamar, menantunya sendiri.

Kisah lain kasus kejahatan seksual seperti diceritakan dalam Bible adalah cerita tentang Amon bin David yang memerkosa adiknya sendiri. Kisah ini dengan sangat panjang dan secara terperinci diceritakan dalam Kitab 2 Samuel 13:1-12. Ceritanya terjadi antara Amnon bin David dan Tamar bin David. Tamar adalah adik dari Absalom bin David. Amnon dan Tamar adalah sama-sama anak Daud tapi berlainan Ibu (half brother). Tamar digambarkan sebagai perempuan cantik, dan Amnon jatuh cinta pada adiknya itu. Ia sangat tergoda pada Tamar, sehingga ia jatuh sakit. Atas nasehat saudara sepupunya bernama Yonadab, Amnon berpura-pura sakit untuk menjebak Tamar, agar dapat masuk ke kamarnya, dengan menghidangkan kue buatannya. berikut ini petikan Kitab 2 Samuel 13:11-14:

(11) Ketika gadis itu menghidangkannya kepadanya supaya ia makan, dipegangnyalah gadis itu dan berkata kepadanya: "Marilah tidur dengan aku, adikku." (12) Tetapi gadis itu berkata kepadanya: "Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu. (13) Dan aku, kemanakah kubawa kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu." (14) Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia.

Meskipun dikenang sebagai Raja Israel yang sangat dihormati, tetapi keluarga David digambarkan amburadul dalam soal moral. Amnon memerkosa adiknya sendiri. Amnon kemudian dibunuh oleh kakak Tamar yang bernama Absalom. Cerita berikutnya, Absalom pun melakukan persetubuhan dengan gundik-gundik David di depan mata seluruh bangsa Israel. Persetubuhan Absalom dengan gundik-gundik ayahnya dilakukan setelah Absalom merebut tahta kekuasaan dari ayahnya, David, seperti diceritakan dalam Kitab 2 Samuel 16:21-23.

Kisah perzinahan David dan Batsheba sudah dianggap hal biasa saja di Barat. Dan seperti bukan dianggap sebagai kejahatan yang serius, padahal sanksi hukum atas perzinahan begitu beratnya. Seorang Novelis Swedia terkenal, bernama Torgny Lindgren menulis sebuah novel berjudul Batsheba. Novel ini memenangkan penghargaan Prix Femina di Perancis tahun 1986. Penulis novel ini mengaku, sejak kecil ia sudah mendengarkan cerita tentang hal ini. Berbagai pujian mengalir untuk novel Lindgren.

Cerita kejahatan David tentu tidak ada dalam Al-Qur'an. Sebab, Al-Qur'an menggambarkan Daud as. adalah seorang nabi yang saleh. Tentang Daud as., Al-Qur'an menggambarkan: "Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan, dan ingatlah hamba Kami, Daud, yang mempunyai kekuatan. Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah." (QS. Shaad: 17)

Jadi, menelaah sejumlah ayat Al-Qur'an dan Bible tentang perzinahan, pasal-pasal perzinahan dalam RUU KUHP yang diributkan ini, "beraroma Islam" atau 'beraroma Yahudi-Kristen"?


Sumber: Kumpulan Catatan Akhir Pekan Dr. Adian Husaini dengan editan

Kamis, 13 Januari 2011

Media Massa dan Islam

Kita sering menjumpai media massa tertentu menggunakan istilah "militan" dalam pemberitaannya. Apakah arti dari militan? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ini memiliki arti "bersemangat" atau "bergairah". Istilah ini sebenarnya dapat bermakna baik. John M. Echols dan Hassan Shadily menerjemahkan kata 'militan' dengan 'fighting or warring' dan 'aggressive'. Jika kata ini digabungkan dengan akhiran "i" dalam bahasa Indonesia, menjadi 'militansi', dan dalam beberapa hal kata ini menjadi berkonotasi baik. Misalnya, seorang pejuang yang memiliki 'militansi' yang tinggi.

Tetapi, apa pun leksikal yang ada, makna yang berkembang di tengah masyarakat terhadap kata itu telah berubah, menjadi buruk. Sebab, kata ini terus-menerus dikaitkan dengan terorisme. Orang yang melakukan teror bukan saja disebut sebagai teroris, tetapi juga disebut militan. Media massa tersebut tampaknya tahu persis bagaimana menggiring isu terorisme, dan tahu persis bagaimana cara menggunakan istilah-istilah yang sensitif dan dapat menggiring opini masyarakat untuk membenci atau mewaspadai kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat Muslim.

Seringkali kata 'militan' diikuti dengan istilah lain seperti 'ekstremis', 'syariah' atau hukum Islam, dan 'teroris'. Dengan mudah kita dapat membaca, apa kemauan dari pembuat berita tersebut? Apa hubungannya antara penerapan syariah dengan teroris? Apakah syariah Islam merupakan barang haram di Indonesia? Secara de-facto dan de-jure, syariah Islam telah dilaksanakan di berbagai daerah dan menjadi salah satu sumber hukum yang sah di Indonesia, di samping hukum adat dan hukum Barat.

Sejumlah hukum dan perundang-undangan di Indonesia juga merujuk kepada syariah Islam. Ada UU Pokok Perbankan, UU Zakat, UU Haji, UU Perkawinan, dan sebagainya. Bahkan, di IAIN-IAIN dan perguruan-perguruan Islam, hampir selalu ada jurusan atau fakultas Syariah.

Jika ada sebagian pelaku teror yang juga memerjuangkan syariah Islam, bukan berarti lalu orang boleh sewenang-wenang mengaitkan syariah dengan terorisme. Jika banyak pelaku korupsi dan penindasan terhadap rakyat juga sering meneriakkan demokrasi dan HAM, apakah boleh suatu media massa lalu menulis judul 'polisi awasi demokrat'?

Banyak media massa yang secara sengaja tidak memberikan klarifikasi makna terhadap kata-kata yang digunakannya. Dia berusaha membuat image, bahwa orang-orang yang berupaya menegakkan syariah, adalah disebut militan, dan orang militan itu sama saja dengan teroris, sehingga perlu diawasi polisi. Dan dengan Undang-Undang Terorisme No.15 Tahun 2003, orang yang dicurigai melakukan terorisme bisa ditangkap untuk diperiksa.

Media massa tersebut memang tidak ikut menangkap, tetapi berita-berita seperti itu dapat meningkatkan rasa saling curiga dan memutar jarum jam ke belakang lagi ketika banyak aktivis Islam ditempatkan pada posisi sebagai musuh negara. Inikah yang diinginkan media massa tersebut?

Seyogyanya, media massa berhati-hati menggunakan istilah-istilah tertentu yang dapat membuat persepsi yang keliru tentang sesuatu hal. Posisi media massa tertentu itu mungkin dapat dipahami, jika media tersebut memang membawa misi memojokan kelompok-kelompok Islam tertentu. Cara yang paling mudah untuk melakukan hal seperti itu adalah melakukan apa yang dalam teknik propaganda disebut teknik "name calling". Media-media Barat mudah sekali membuat kategorisasi semacam itu, misalnya menyebut kelompok tertentu sebagai kelompok garis keras, militan, radikal, dan sebagainya.

Salah satu tugas media massa adalah mencerdaskan atau mendidik masyarakat. Jika media massa secara sengaja melakukan pembentukan opini palsu ke tengah masyarakat, maka ini sebenarnya merupakan bagian dari satu bentuk teror, untuk menebar rasa takut ke tengah kaum Muslim.

Tindakan seperti itu sangat berbahaya, karena kaum Muslim yang merasa terzalimi, dan tidak mampu berbuat apa-apa, karena tidak berkuasa dalam dunia opini, dipaksa untuk menerima terus-menerus berbagai kezaliman yang ada.
Kita setuju hukum ditegakkan sebagaimana mestinya, termasuk dalam soal terorisme. Namun, seyogyanya, semua pihak berpikir arif dan bijaksana, apakah keadilan sudah ditegakkan dengan baik?

Seharusnya "definisi terorisme" diperhatikan benar-benar, sehingga jangan sampai Indonesia didikte oleh kekuatan besar untuk memberantas terorisme, sesuai kepentingan negara besar. Terorisme harus didefinisikan dalam konteks kepentingan bangsa Indonesia. Siapa pun yang berbuat untuk menghancurkan bangsa, maka dia perlu dimasukkan kategori 'teroris'. Jika tindakan Imam Samudra dan kawan-kawannya yang telah membunuh ratusan orang dikategorikan sebagai teroris dan diancam hukuman mati, maka koruptor kakap, penyelundup dan pengedar narkoba, pembuat obat palsu, penyelundup BBM ke lur negeri, pengedar pornografi, pemalsu uang rupiah, dan berbagai tindakan yang mengancam eksistensi bangsa lainnya, perlu juga dikategorikan sebagai teroris. Dampak dari korupsi kelas kakap adalah sengsaranya ribuan bahkan jutaan rakyat.

Definisi (baru) tentang terorisme ini sangat penting, agar sebagai bangsa, kita benar-benar mandiri dalam menentukan perjalanan kita ke depan dan merumuskan persoalan bangsa kita sendiri secara tepat. Seyogyanya, penanganan masalah terorisme tidak memicu masalah dan disintegrasi baru di kalangan masyarakat yang sudah begitu banyak ter-disintegrasi dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam hal ini, apa yang dilakukan oleh media massa tertentu, dengan berupaya menciptakan image tentang terorisme kepada berbagai kalangan Islam lainnya, merupakan tindakan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Kewaspadaan adalah perlu, namun tidak seharusnya disertai dengan penyebaran rasa takut dan waswas di tengah masyarakat Muslim.
Kita juga patut mengimbau kepada aparat pemerintah, kiranya bertindak bijak dalam menangani masalah terorisme, sehingga orang-orang yang tidak bersalah tidak terzalimi. Sebab, Rasulullah saw. sudah mengingatkan, dosa kezaliman merupakan dosa yang cepat mendatangkan balasan dari Allah Swt. Antara orang yang terzalimi dengan Allah sudah terbuka hijab, sehingga do'anya makbul. Apalagi, jika yang terzalimi adalah hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah bersabda: "Kebaikan yang paling cepat mendapat balasan ialah kebajikan dan menyambung tali silaturahmi. Dan kejahatan yang paling cepat mendapat hukuman ialah kezaliman dan pemutusan tali silaturahmi." (HR. Ibnu Majah).


Sumber: Kumpulan Catatan Akhir Pekan Dr. Adian Husaini dengan editan

Rabu, 12 Januari 2011

Miss Universe dan Martabat Wanita (Indonesia)

Kita tahu, hampir setiap tahun, Indonesia menjadi langganan kunjungan Miss Universe. Bagi sebagian orang yang telah menjadi sekular, liberal, dan mendukung promosi budaya syahwat, maka kunjungan Miss Universe ini akan dianggap sebagai satu kehormatan. Bisa saja mereka berpikir, Indonesia, akan tertolong citranya di dunia internasional, karena dikunjungi oleh sang ratu kecantikan itu. Di mata internasional, Indonesia akan dipersepsikan sebagai negara yang aman dan berikutnya, pariwisata akan meningkat.

Apa artinya bagi bangsa Indonesia? Secara lisanul haal, bangsa Indonesia telah menerima nilai-nilai hedonis yang dikembangkan secara universal oleh kekuatan-kekuatan kapital maupun kekuatan ideologis tertentu.

Kedatangan Miss Universe ke Indonesia, harusnya disikapi sebagai hal yang serius oleh tokoh-tokoh dan cendekiawan Muslim, karena ini merupakan bagian dari proses penghancuran moral dan nilai-nilai luhur sebuah bangsa. Kontes ratu kecantikan itu sendiri merupakan hal yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat wanita. Namun, karena nilai-nilai yang sudah berubah dalam peradaban Barat, maka kontes semacam itu sekarang dianggap sebagai bentuk peradaban yang mulia. Artinya, kontes yang mengeksploitasi wanita itu dianggap mulia, untuk meningkatkan martabat wanita.

Ada baiknya, kita menengok ke belakang, bagaimana sejarah peradaban Barat dalam melihat makhluk yang namanya wanita. Secara umum, sebagai peradaban yang sudah lepas dari nilai-nilai moral yang 'tetap' yang sifatnya 'keagamaan', mereka sekarang menganut prinsip relativisme dan humanisme.

Karena itu, mereka tidak pernah bertemu dengan kebenaran, karena konsep mereka adalah 're-search', mencari dan terus mencari. Setiap mereka bertemu dengan kebenaran, maka kebenaran itu mereka ingkari, dan mereka mencari lagi sesuatu yang akhirnya mereka sendiri tidak menemukannya.

Ini jelas berbeda dengan Islam, yang menganut 'kepastian' nilai. Sejak abad ke-7, Islam sudah memberikan garis yang tegas, bagaimana dalam memandang dan mendudukkan posisi wanita, baik secara individual, keluarga, dan masyarakat. Wanita yang ketika itu dipandang sebagai barang warisan, ditempatkan Islam sebagai makhluk yang setara dengan laki-laki.
Banyak ayat Al-Qur'an yang menggambarkan, bahwa laki-laki dan wanita yang beramal salih, maka mereka akan mendapatkan balasan masing-masing. Wanita itu adalah setara dengan laki-laki. Bandingkan, bagaimana peradaban lain, ketika itu dalam memandang wanita. Di India, perempuan harus ikut mati kalau suaminya mati.

Philip J. Adler, dari East Carolina University, dalam bukunya World Civilizations, (terbit tahun 2000), menggambarkan bagaimana kekejaman Barat dalam memandang dan memerlakukan wanita. Sampai abad ke-17, di Eropa, wanita masih dianggap sebagai jelmaan setan atau alat bagi setan untuk menggoda manusia. (Mungkin ini terpengaruh oleh konsep Kristen tentang Eva yang digoda oleh Setan sehingga menjerumuskan Adam) Sejak awal penciptaannya, wanita memang sudah tidak sempurna. Mengutip seorang penulis Jerman abad ke-17, Adler menulis: It is a fact that women has only a weaker faith (In God). Adalah fakta bahwa wanita itu lemah dalam kepercayaannya kepada Tuhan. Dan itu, kata mereka, sesuai dengan konsep etimologis mereka tentang wanita, yang dalam bahasa mereka disebut 'female' berasal dari bahasa Yunani 'femina'. Kata 'femina' berasal dari kata 'fe' dan 'minus'. 'Fe' artinya 'fides', 'faith' (kepercayaan atau iman). Sedangkan 'mina' berasal dari kata 'minus', artinya 'kurang'. Jadi 'femina' artinya 'seseorang yang imannya kurang' (one with less faith). Karena itu, kata penulis Jerman abad ke-17 itu: Therefore, the female is evil by nature. (Karena itu, wanita memang secara alami merupakan makhluk jahat).
Pandangan seperti itu, memiliki konsekuensi yang sangat serius. Pada saat itu, wanita banyak menjadi korban pembantaian, karena dianggap sebagai jelmaan setan. Banyak yang dibantai karena mereka dianggap sebagai tukang sihir. Adler mengungkap data, pada periode 1572-1629, 152 orang yang dituduh tukang sihir dibantai, dengan cara digantung atau dibakar hidup-hidup. Dari jumlah itu, hanya 8 yang laki-laki. Kadangkala, pada satu saat, 8 atau 9 wanita dibunuh. Sebanyak 306 orang, hampir semuanya wanita, dibantai hanya dalam tempo 6 tahun di desa-desa kota Trier. Di dua desa, hanya ada dua wanita saja yang tersisa.

Pembantaian wanita di Eropa itu terjadi pada abad ke-17, jadi 1.000 tahun atau 10 abad setelah Islam menyelesaikan konsepnya tentang wanita dan mengangkat wanita menjadi makhluk terhormat. Sekarang, setelah Barat terjatuh ke dalam kutub ekstrem, mereka sekarang terjatuh ke dalam kutub ekstrem yang lain.

Jika dulu mereka menindas wanita sebuas-buasnya, maka mereka sekarang melepaskan wanita sebebas-bebasnya, sampai nyaris tanpa batas. Mereka memandang, bahwa wanita adalah 'keindahan', dan 'harus dinikmati' oleh masyarakat. Kecantikan harus diumbar, karena budaya mereka bertumpu kepada syahwat. Untuk melampiaskan nafsu-nafsu mereka, dibuatlah kontes-kontes kecantikan, yang menilai segala macam aspek yang disebut 'cantik'. Meskipun sekarang dipoles dengan beberapa bagian tentang 'intelektualitas', namun hakekatnya, dalam kontes-kontes kecantikan, wanita dihargai karena fisiknya. Fisik adalah sesuatu yang 'given'.

Inilah yang sebenarnya menghancurkan peradaban. Manusia diberi penghargaan, bukan karena 'usahanya' tetapi karena hal-hal yang secara alamiah melekat dalam dirinya. Jelas ini bertentangan dengan konsep Islam. Karena itulah, sampai kapan pun, antara peradaban Islam dan peradaban Barat tidak akan pernah bertemu dan akan ada terus yang namanya 'confrontation' antara peradaban Barat dengan peradaban Islam, karena konsep dasar tentang manusia dari kedua peradaban itu memang berbenturan.

Konfrontasi peradaban itu berlangsung dalam hampir semua bidang kehidupan saat ini. Apa yang terjadi dalam kasus kunjungan Miss Universe ke Indonesia adalah bagian dari konfrontasi global itu. Cendekiawan Muslim atau para ulama Islam perlu menyadari akan hal ini, sehingga mereka tidak lengah, karena setiap saat aqidah dan nilai-nilai Islam berada dalam kondisi untuk dihancurkan, diserang dari segala sudut. Dan media massa adalah salah satu alat efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Barat itu.

Banyak kalangan seniman, pengasuh media massa, cendekiawan, dan berbagai kalangan penentu kebijakan (policy maker) di Indonesia masih menganut paham "relativitas" atau kenisbian nilai, sehingga batasan pornografi, halal dan haram menjadi kabur dan sangat tergantung kepada persepsi masyarakat.

"Boleh" dan "tidak boleh" menjadi relatif. Sebab, parameter yang digunakan pun tidak jelas, yaitu "perasaan manusia", atau "nafsu manusia". Jika tolok ukurnya adalah "syahwat" maka cara-cara eksploitasi atau kontes kecantikan yang mengumbar aurat akan memeroleh dukungan masyarakat. Itulah yang saat ini terjadi atas masyarakat dan negara yang tidak berpegang kepada ketentuan-ketentuan Allah SWT. Padahal, sesuai ketentuan Allah SWT, halal dan haram sudah jelas. Aurat wanita pun jelas. Mana yang boleh diperlihatkan. Mana yang wajib ditutup.


Sumber: Kumpulan Catatan Akhir Pekan Dr. Adian Husaini dengan editan

Bahaya Virus Relativisme Kebenaran

Relativisme biasanya didefinisikan sebagai "the doctrine that knowledge, truth, and morality exist in relation to culture, society, or historical context, and are not absolute." (Relativisme adalah doktrin dimana ilmu, kebenaran, dan moralitas yang berlaku selalu terkait dengan budaya, sosial, dan konteks sejarah, dan tidak bersifat absolut). Jadi, dikatakan, bahwa kebenaran adalah relatif, maka artinya, kebenaran itu hanya berlaku temporal, personal, parsial, atau terkait dengan budaya tertentu. Tidak ada kebenaran abadi atau kebenaran bersama.

Contohnya, kebenaran Islam dianggap hanya berlaku untuk orang Islam saja. Kebenaran Kristen juga hanya untuk orang Kristen. Dan sebagainya. Apakah zina itu buruk? Penganut relativisme moral akan menyatakan, bahwa itu tergantung pada konteks budaya atau situasi tertentu. Maka, bagi orang Barat sekular, kejahatan zina tidak berlaku mutlak. Jika zina dilakukan dengan suka sama suka, dan sama-sama dewasa, maka itu bukan tindak kejahatan. Jika zina dilakukan dengan anak-anak barulah dikatakan sebagai kejahatan. Bahkan, bagi mereka, walaupun menikah secara sah dengan wanita di bawah 18 tahun, masih dianggap sebagai kejahatan.

Maka, ujung dari pemahaman relativisme ini adalah sikap apatis terhadap kebenaran. Sikap bebal, sikap masa bodoh. Tidak peduli mana iman dan mana kufur, mana tauhid dan mana syirik. Tidak peduli mana haq dan mana bathil. Juga tidak peduli mana halal dan mana haram. Mana baik dan mana buruk. Manusia seperti ini tidak mungkin bisa diajak untuk beramar ma'ruf dan nahi munkar. Sebab, dia akan menyatakan bahwa, "Hanya Allah yang tahu kebenaran."


Sumber: Kumpulan Catatan Akhir Pekan Dr. Adian Husaini dengan editan

Kategori Kaum Liberal

Secara fakta, kalangan kaum liberal terbagi dalam empat kategori, yaitu: Pertama; Liberal profesional. Orang liberal jenis ini adalah mereka yang hidup matinya diperuntukkan bagi "sang pemesan" alias si penyandang dana. Orang jenis ini pemikirannya sangat liberal, selalu menyebarkan paham liberal dalam tulisan-tulisan dan ceramahnya, berusaha meliberalkan orang lain, merasa paling benar dengan keliberalannya, dan menganggap orang yang tidak liberal adalah salah, bahkan tak sungkan-sungkan ia serang siapa pun yang mengganjal liberalisme.

Seorang liberal profesional sangat mahir menulis. Atau lebih tepatnya jago menjungkir-balikan fakta, menggiring opini, menggelincirkan dalil, dan mengesankan ilmiah lagi obyektif serta proporsional dalam tulisannya. Selain itu, ia juga mahir berbicara di depan publik, atau lebih pas jika dibilang pintar bersilat lidah dan bermain kata-kata. Dan secara ekonomi, biasanya orang liberal profesional hidupnya cukup mapan. Kalaupun toh aslinya hidup kekurangan, dia relatif akan cepat mendapatkan kekayaan.

Kedua; Liberal amatir. Ia adalah seorang liberal yang masih kacangan dan keliberalannya masih cetek. Sikap dan pemikiran liberalnya cuma ikut-ikutan. Ia jarang bahkan belum tentu bisa menulis hal-hal yang berbau liberal. Ia belum bisa menuangkan pemikiran liberalnya dalam bentuk tulisan, namun senantiasa membela liberalisme. Untuk itu, orang liberal amatir ini juga bisa disebut sebagai liberal follower atau liberal bebek. Ia sama sekali tidak mendapatkan keuntungan yang bersifat materi maupun benefit dalam bentuk apa pun. Kasihan sekali orang ini.

Ketiga; Liberal freelance. Karakteristik liberal jenis ini mirip-mirip dengan liberal profesional. Hanya saja ia adalah seorang liberal yang pragmatis dan tidak "ikhlas". Ia sebetulnya ingin menjadi liberal sejati seperti liberal profesional, tetapi nasib tidak berpihak kepadanya. Ia menjadi semacam liberal yang marjinal. Ia tidak digaji oleh lembaga penyandang dana kaum liberal. Ia hanya mendapatkan imbalan 'ala kadarnya' dari media yang memuat tulisan-tulisan pemikiran liberalnya. Orang ini juga perlu dikasihani karena tidak mendapatkan apa yang dia harapkan dari si penyandang dana sebagaimana kaum liberal profesional.

Dan keempat; Liberal volunteer. Ia adalah seorang liberal sukarelawan. Biasanya orang-orang dalam kategori ini adalah mereka yang sudah mapan secara materi, pemikiran, status sosial (bahkan ditokohkan), dan relatif berusia lanjut. Seorang liberal volunteer tidak dibayar karena keliberalannya. Ia menjadi liberal dengan sendirinya karena basic pendidikan dan pergaulannya, tanpa harus terpengaruh dengan liberal profesional. Orang jenis ini adalah liberalis yang "ikhlas". Dia mengacak-acak tatanan agama dan syariat bukan dalam posisinya sebagai seorang tokoh liberal, melainkan sebagai tokoh masyarakat yang dituakan. Orang liberal jenis ini jauh lebih berbahaya daripada liberal profesional, karena umat tidak mau tahu dengan keliberalannya.


Sumber: Kumpulan Catatan Akhir Pekan Dr. Adian Husaini dengan editan