Sabtu, 05 Februari 2011

Tahun Baru Masehi; Bagian dari Perayaan Natal

Tahun baru Masehi yang jatuh tiap tanggal 1 Januari merupakan salah satu hari raya umat Kristiani yang paling banyak dirayakan oleh umat-umat lain di seluruh dunia. Walau umat Islam memiliki tahun barunya sendiri yang disebut tahun baru Hijriyah, umat Konfusian merayakan tahun baru Imlek, umat Hindu Bali merayakan tahun baru Saka, demikian pula dengan agama-agama dan kepercayaan lain, namun untuk tahun baru Masehi, semuanya sepertinya sepakat untuk bersama-sama merayakannya.

Di Indonesia dan juga di seluruh dunia, tiap tahun memasuki bulan Desember, seluruh pelosok kota-kota besar berbenah mempercantik diri. Bola lampu warna-warni dipasang menerangi jalan, hotel-hotel memasang lampu hias bertuliskan "Merry Christmas and Happy New Year", toko-toko, supermarket, cafe, diskotik, dan tempat-tempat yang lain agaknya tak mau ketinggalan dalam momen yang satu ini. Tukang-tukang terompet mulai memenuhi tiap sudut jalan menjajakan terompet aneka bentuk dan warna. Tukang balon pun tak mau kalah.

Teve-teve pun mengemas beragam acara khusus menyambut saat pergantian tahun. Sejak sore hari, di penghujung Desember, jalan-jalan telah dipenuhi anak-anak muda yang berlalu lalang dengan terompetnya. Kian malam suasana kian meriah. Tepat pukul 00.00, udara dipenuhi hingar-bingar suara terompet, klakson, dan petasan. Tak jarang, di langit pun meriah bertabur cahaya kembang api. Ini terjadi di mana-mana. Sangat jarang ada anak muda yang tidak peduli dengan perayaan yang satu ini. Semua senang, semua bahagia.

Bagi penduduk Jakarta, malam tahun baru yang paling meriah pernah dijadikan agenda tahunan di zaman Gubernur Ali Sadikin, Saat itu dikenal sebagai "Malam Muda-Mudi". Jalan-jalan protokol seperti Sudirman dan MH. Thamrin menuju Monas, di malam itu dikosongkan dari kendaraan bermotor. Di beberapa sudut jalan didirikan panggung hiburan rakyat. Di berbagai steambath (panti pijat yang kebanyakan tempat berbuat mesum) di gelar acara-acara khusus. Malam Muda-Mudi ini berlangsung meriah di era 1970-an. Setelah Ali Sadikin tidak lagi menjabat Gubernur DKI, acara ini pun tidak pernah dilanjutkan lagi.

Di Indonesia dan Asia Tenggara, perayaan tahun baru 2005 mungkin suatu pengecualian. Tak ada kembang api yang diluncurkan di udara, suara terompet pun sangat jarang terdengar, diskotik dan hotel pun mengadakan acara seadanya, tidak meriah, bahkan terkesan seperti acara renungan. Seluruh Asia Tenggara saat itu berkabung atas terjadinya tragedi tsunami yang menyapu Aceh, India, dan daerah sekitarnya yang menelan korban ribuan jiwa.

PELAJARAN DARI ACEH

Bagi penduduk Aceh, perayaan Natal tahun 2004 dan tahun baru 2005 mempunyai kenangan tersendiri yang akan sulit dilupakan oleh generasi-generasi kedepannya. Tragedi gelombang tsunami yang sangat dahsyat terjadi di antara kedua momen tersebut. Bukan hanya tsunaminya yang diingat, sejumlah kejadian yang tidak biasa sebelum tsunami datang juga menjadi bahan pembicaraan di kalangan rakyat Aceh.

Aceh adalah salah satu daerah khusus di Indonesia yang telah secara resmi menerapkan syariat Islam di dalam kehidupannya. Walau demikian, masih saja banyak warganya dan warga pendatang yang tidak mengindahkan kekhususan itu. Dalam perayaan Natal dan tahun baru misalnya, sebelum tahun 2004, tidak pernah di Aceh orang-orang berani merayakan kedua acara non Islam itu di Aceh. Di tahun 2004 semua itu berubah.

Adalah aparat polisi pendatang yang bertugas di Syiah Kuala hendak menggelar perayaan Natal di pantai Syiah Kuala, Banda Aceh. Sebuah tenda besar didirikan di dekat pos polisi yang berdekatan lokasinya dengan komplek pemakaman. Kursi-kursi pun dideretkan. Organ tunggal dipanggil. Hingga jauh malam, pesta berlangsung meriah. Para petugas kepolisian itu mabuk-mabukkan dan berjoget. Suara hingar-bingar ditingkahi suara tertawa genit perempuan nakal terdengar hingga ke rumah-rumah penduduk. Menurut beberapa warga sekitar makam, dalam pesta itu beberapa orang terlihat melepaskan pakaiannya.

Adzan Shubuh yang bergema dari Masjid al-Waqib tak mampu menghentikan pesta yang masih meriah. Saat matahari terbit di ufuk timur, pesta masih terus berlangsung. Tak lama kemudian tanah berguncang hebat dalam hitungan beberapa menit. Gempa besar telah terjadi. Orang-orang yang berpesta keluar dari tenda. Ada yang menjerit, ada yang tertawa-tawa, ada pula yang masih asyik berjoget sendiri. Para penduduk sekitar juga berhamburan keluar rumah memenuhi jalan.

Setelah gempa berhenti, tak beberapa lama kemudian laut menyurut sampai jauh. Pantai bertambah luas, ikan-ikan sebesar paha orang dewasa menggelepar di atas pasir. Orang-orang yang masih berpesta itu memandang pantai dengan raut muka kebingungan.

Keadaan itu juga tidak berlangsung lama. Tiba-tiba dari arah pantai yang jauh masuk ke dalam laut, muncul tembok hitam setinggi tiga kali pohon kelapa. Berjalan sangat cepat ke arah daratan. Menyapu dan menggulung semua yang ada dihadapannya. Pesta maksiat itu pun berhenti. Lumat dalam jilatan tsunami. Orang-orang kampung yang tak bersalah ikut terkena bencana.

Setelah air reda, yang tampak sejauh pandangan mata hanya genangan air dan puing-puing rumah, batu, serta pepohonan yang menjadi satu dengan mayat-mayat yang bergelimpangan. Seluruh komplek pemakaman Syiah Kuala rusak. Di kejauhan hanya tampak Masjid al-Waqib yang masih kokoh berdiri. Ia menjadi saksi bisu dahsyatnya kekuatan alam yang memporak-porandakan seluruh Deyah Raya.

Bagi warga Aceh, tsunami merupakan bala sekaligus peringatan agar tidak lagi mengulangi kemaksiatan dan menjauhi Islam. Allah SWT telah memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan-Nya di Syiah Kuala, malam setelah Natal. "Orang Islam memang sebenarnya tidak boleh mengikuti perayaan agama lain, itu jelas dilarang," ujar Muhammad Dawood, pemuda Syiah Kuala yang selamat dari tragedi tsunami tersebut. Bagi Muslim Aceh, perayaan Natal dan persiapan menjelang tahun baru 2005 benar-benar merupakan pengalaman amat pahit.

NATAL DAN TAHUN BARU DALAM AGAMA MASEHI

Parayaan tahun baru Masehi tidak bisa lepas dari perayaan Natal, 25 Desember. Orang-orang Romawi setelah merayakan hari Brumalia yang berupa hari penyembahan Dewa Matahari, pada tanggal 1 Januari merayakan hari perpisahan dengan matahari tua dan penyambutan terhadap matahari muda.

Sistem penanggalan Masehi juga disebut sebagai kalender Gregorian. Kalender Gregorian merupakan sistem penanggalan yang paling banyak digunakan di Dunia Barat. Kalender Gregorian sebenarnya merupakan revisi dari kalender Julian. Ia pertama kali diusulkan oleh Doktor Aloysius Lilius, dari Napoli, Italia, dan dituruti oleh Pope Gregory XIII pada tanggal 24 Februari 1582.

Kalender ini dibuat karena sistem penanggalan kalender Julian dinilai kurang tepat, sebab permulaan musim bunga (21 Maret) semakin maju sehingga perayaan Easter yang sudah disepakati sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 M tidak tepat lagi.

PERBEDAAN DENGAN KALENDER JULIAN

Satu tahun dalam kalender Julian berlangsung selama 365.25 hari. Namun karena rotasi bumi terhadap matahari hanya berlangsung selama 365.2422 hari, maka setiap satu millenium, kalender Julian akan berlebih 7 hingga 8 hari. Masalah ini kemudian diperbaiki dengan adanya kalender Gregorian dengan dicantumkannya hari-hari lompat di bulan-bulan tertentu.

Pada kalender Julian, setiap tahun yang dapat dibagi dengan 4 merupakan tahun lompat. Tetapi pada kalender Gregorian, tahun yang dapat dibagi dengan 100 hanya dianggap sebagai tahun lompat, jika tahun tersebut juga dapat dibagi dengan 400. Contohnya, tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan tahun lompat. Tetapi tahun 1600 dan 2000 merupakan tahun lompat. Dengan ini kalender Gregorian mempunyai 365.2425 hari setahun.

Setelah kalender Gregorian diberlakukan, tidak semua negara mau memakainya. Baru beberapa abad kemudian, hampir semua negara Barat memakainya. Rusia misalkan, baru memakai pada tahun 1918, sehingga Revolusi Komunis Rusia yang sekarang diperingati setiap tanggal 7 November, dalam sejarah tetap disebut sebagai Revolusi Oktober. Walau demikian, masih saja ada kelompok yang memakai kalender Julian. Gereja Timur atau Gereja Ortodoks Syiria misalkan.

Sejak tanggal 1 Januari 1622, tanggal 1 januari ditetapkan sebagai permulaan tahun. Sebelumnya, di setiap negara Eropa tahun barunya berbeda-beda. Sejak itu, perayaan tahun baru 1 Januari dirayakan secara meriah dan menjadi bagian dari peribadatan agama Kristen.

Di Brazil, pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Katolik berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya, dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap Dewa Lemanja, sang Dewa Laut.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, Dewa Pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Di Jerman, terdapat kepercayaan yang menyatakan kalau mereka makan sisa hidangan pesta perayaan tahun baru di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.

Bagi orang Kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa (Christendom), tahun baru Masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen juga sering diistilahkan dengan sebutan agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Tahun baru Masehi yang jatuh tiap tanggal 1 Januari jelas merupakan bagian dari hari raya umat Kristen. Dengan mengikuti perayaan ini, seperti juga jika mengikuti perayaan Natal, Valentine Day, atau pun yang lainnya, dengan disadari atau tidak, diakui atau tidak, siapa pun yang mengikutinya berarti telah mengakui Yesus sebagai Tuhannya.

Islam sebagai agama yang lengkap telah memiliki sistem penanggalannya sendiri yang disebut sebagai kalender Hijriyah, yang bermula dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. dari Mekkah ke Madinah. Tanggal 1 Muharram adalah hari tahun barunya umat Islam. Di hari inilah seharusnya umat Islam merayakannya dengan acara-acara yang bermanfaat.

NAMA DEWA DALAM KALENDER MASEHI

Dalam sistem penanggalan kalender Masehi atau Gregorian, satu tahun terdiri dari duabelas bulan. Kentalnya hubungan antara kalender Masehi dengan kepercayaan paganisme bangsa Romawi bisa dilihat dari nama-nama bulan yang dipergunakan. Berikut daftar keduabelas nama bulan tersebut:

  • JANUARI. Merupakan bulan pertama dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewa Janus. Dewa Janus juga disebut Dewa Pintu.
  • FEBRUARI. Merupakan bulan kedua dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewa Februus, Dewa Penyucian.
  • MARET. Merupakan bulan ketiga dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewa Mars, Dewa Perang. Pada asalnya, Maret merupakan bulan pertama dalam kalender Romawi, lalu pada tahun 45 SM Julius Caesar menambahkan bulan Januari dan Februari di depannya sehingga Maret menjadi bulan ketiga.
  • APRIL. Merupakan bulan keempat dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewi Aprilis, atau dalam bahasa Latin disebut juga Aperire yang berarti membuka. Diduga kuat sebutan ini berkaitan dengan musim bunga di mana kelopak-kelopaknya mulai membuka. Juga diyakini sebagai nama lain dari Dewi Aphrodite atau Apru, Dewi Cinta orang Romawi.
  • MEI. Merupakan bulan kelima dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewi Kesuburan bangsa Romawi, Dewi Maia.
  • JUNI. Merupakan bulan keenam dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewi Juno.
  • JULI. Merupakan bulan ketujuh dalam tahun Masehi. Di bulan ini Julius Caesar lahir, sebab itu namanya dijadikan nama bulan ini. Sebelumnya bulan Juli disebut sebagai Quintilis, yang berarti bulan kelima dalam bahasa Latin, karena kalender Romawi pada awalnya menempatkan Maret sebagai bulan pertama.
  • AGUSTUS. Merupakan bulan kedelapan dalam tahun Masehi. Seperti juga nama bulan Juli yang berasal dari nama Julius Caesar, maka bulan Agustus pun berasal dari nama Kaisar Augustus. Pada awalnya, ketika Maret masih menjadi bulan pertama, Agustus menjadi bulan keenam dengan sebutan Sextilis.
  • SEPTEMBER. Merupakan bulan kesembilan dalam tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin, Septem, yang berarti tujuh.
  • OKTOBER. Merupakan bulan kesepuluh dalam tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin, Octo, yang berarti delapan.
  • NOVEMBER. Merupakan bulan kesebelas dalam tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin, Novem, yang berarti sembilan.
  • DESEMBER. Merupakan bulan keduabelas atau terakhir dalam tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin, Decem, yang berarti sepuluh.

Sumber: Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen, So What? dengan editan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar