Senin, 07 September 2009

Satu Menit?

Oleh: Anonim

Satu menit? Sepertinya tak bermakna, mungkin karena tak berasa. Lewat begitu saja. Hanya enam puluh ketukan, jika satu ketukan itu bernilai satu detik. Benar-benar tak terasa, hingga akhirnya tak dimaknai. Seringkali kumpulan menit itu kita perlakukan seperti air, mengalir begitu saja. Tanpa kita berikan arah, tanpa kita tetapkan tempat berakhir. Mengalir, mengalir, dan mengalir.

Seringkali himpunan menit itu kita perlakukan seperti gelas, kita isi dan nikmati tanpa kita sadari khasiat dari isi gelas itu sendiri. Yang penting lezat, segar, dan mengusir rasa haus kita.

Padahal satu menit, enam puluh ketukan itu bisa membawa kita kepada dua pilihan tempat berakhir. Keindahan atau kepedihan. Karena enam puluh ketukan itu ternyata bernilai, sangat bernilai di mata Sang Pemilik waktu, Sang Maha Penghenti waktu. Karena satu menit itu tak pernah luput dari penglihatan dan pengawasan Sang Maha Bijak, Sang Maha Pemberi ganjaran. Karena satu menit itu memiliki arti bagi-Nya, atas keputusan yang ditetapkan untuk kita.

Dia akan menghargai satu menit yang dimiliki dalam hidup ini dengan berlipat penghargaan yang tak terbayangkan oleh kita. Karena Dia-lah sebaik-baiknya pemberi penghargaan bagi manusia yang tak pernah lelah mencari perhatian-Nya.

Satu menit saja, tak lebih, dapat bermakna, jika kita mau. Satu menit saja, hanya satu menit, dapat bernilai, jika kita tahu. Karenanya satu menit itu tak layak kita buang.

Dalam satu menit, kita bisa melakukan banyak kebaikan dan kebahagiaan. Dalam satu menit kita bisa mendendangkan Al-Fatihah dengan penuh cinta sebanyak tiga kali. Hanya tiga kali memang, tapi menurut orang-orang bijak, dengan membaca Al-Fatihah satu kali saja, Allah memberikan 600 kebaikan. Dalam satu menit, kita dapat membisikkan surat Al-Ikhlas dua puluh kali, tak perlu bersuara, hanya berbisik. Allah menilai bisikan penuh makna itu sama seperti kita membaca sepertiga kitab-Nya.

Dalam enam puluh ketukan itu, kita bisa membaca sedikit saja ayat-ayat dari kalimat-Nya yang dirangkai dalam Al Qur'an. Dalam satu menit itu, kita bisa mencoba menghafal ayat-ayat-Nya untuk senantiasa mengingatnya dan mengiri langkah-langkah kita.

Dalam satu menit, kita bisa mengaturkan dzikir, Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli say'in qadiir. Dalam satu menit kita bisa mengirimkan puji Subhaanallaahi wa bi hamdihi sebanyak seratus kali. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita meski dosa itu sebanyak buih di lautan.

Dalam satu menit kita bisa membalas cinta-Nya dengan mengucap Subhaanallaahi wa bi hamdihi, Subhaanallaahil 'aziim sebanyak lima puluh kali. Allah mencintai manusia yang mengucapkan dua kata ini dari bibirnya, demikian yang tertulis dalam hadits riwayat Bukhari Muslim. Rasul berkata, "Saat aku mengucapkan 'Subhaanallaah walhamdu lillah, wa laa ilaah illallaah, wallaahu akbar (Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar), maka cinta-Nya berhamburan untukku (hadits riwayat Muslim). Dalam satu menit, kita dapat mengucapkan itu sebanyak delapan belas kali. Karena kata-kata ini
senantiasa dicintai-Nya, kata-kata terbaik penuh dengan makna.

Dalam satu menit, kita bisa menyatakan Tidak ada kekuatan dan kekuasaan selain milik-Nya, Laa hawla wa laa quwwata illa billaah. Kata-kata ini adalah satu dari kekayaan dari surga, seperti yang tercantum dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari Muslim. Kata-kata ini membuat Allah mengangkat kesulitan yang ada dan membantu kita meraih yang kita inginkan.

Dalam satu menit, kita bisa menegaskan kembali pernyataan kita terdahulu, sebelum kita lahir ke dunia ini, Laa ilaaha illallaah sebanyak lima puluh kali. Ini adalah kata-kata terbesar milik-Nya. Karena dengan memaknai kata-kata ini dalam hati, sudah cukup bukti bahwa kita mengakui keberadaan-Nya.

Dalam enam puluh ketukan kita bisa membaca Subhaanallaah wa bi hamdih, 'adada khalqihi, wa ridaa nafsihi, wazinata 'arshihi, wa midaada kalimaatihi (Maha suci Allah, sebanyak apa yang diciptakan-Nya, sebanyak keridhaan-Nya, seberat Arasy-Nya dan sebanyak cinta kata-kata-Nya).

Dalam satu menit, kita dapat memohon ampunan-Nya dengan membaca Astaghfirullaah sebanyak seratus kali. Dengan kesadaran sepenuhnya atas berjuta dosa yang kita lakukan. Dalam satu menit, kita dapat mengirim doa untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad saw., dengan mengucap Shalallaahu 'alaihi wasallam (Semoga Allah memberkati dan memberinya kedamaian). Dengan doa itu Allah akan memberikan lima ratus kebaikan.

Dalam satu menit, kita bisa memotivasi hati kita dengan menghaturkan terima kasih pada-Nya, Mencintai-Nya, hanya berharap pada-Nya, takut atas-Nya, dan tetap melanjutkan hidup hanya karena-Nya. Ini bisa kita lakukan saat kita merebahkan tubuh kita untuk beristirahat atau mungkin saat kita berjalan menuju suatu tempat.

Dalam satu menit, kita bisa membaca lebih dari dua halaman dari buku yang bermanfaat bagi kita, dan membuat kita lebih memaknai hidup. Dalam satu menit, kita bisa mencurahkan kerinduan, berbincang dengan teman lama yang terikat karena cinta Allah. Dalam satu menit kita bisa menengadahkan tangan dan memanjatkan doa atas apa yang kita harapkan bagi diri ini.

Dalam satu menit kita bisa mengucapkan salam, mendoakan orang lain atas keselamatannya. Dalam satu menit kita bisa sedikit merenung, mengusir bisikan setan yang senantiasa tak pernah bosan mengganggu kita untuk berpaling dari-Nya.

Dalam satu menit kita bisa menikmati sesuatu dengan penuh rasa syukur, bahwa kita masih punya waktu menikmatinya. Dalam satu menit kita bisa memberikan kata-kata berharga bagi saudara kita, sekedar saling mengingatkan kealfaannya, menunaikan haknya untuk selalu diingatkan. Dalam satu menit kita bisa membuang sesuatu yang berbahaya di tengah jalan.

Hanya satu menit, dan semoga berarti bagi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar